Setengah Hari Mengelanai Kota Mendoan, Purwokerto

Aku yakin, bukan cuma aku yang lebih kenal Purwokerto dibandingkan Banyumas. Mungkin alasannya berbeda-beda. Namun, salah satunya bisa jadi sama, bahwa Purwokerto lebih beken dibandingkan Banyumas. Padahal Purwokerto merupakan ibu kota Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah. Aku sendiri mengenal Purwokerto sejak kuliah di Bandung. Perjalanan keretaku dari kampung halaman menuju Bandung pasti melewati Purwokerto. Nah, akhir Juni lalu akhirnya aku bisa menyingggahi kota ini meski hanya semalam. 




Purwokerto masuk dalam daftar kota yang ingin kukunjungi, selain beberapa kota lain di Jawa Tengah, seperti Wonosobo, Muntilan, Jepara, Rembang, Kudus, Lasem, dll. Dalam perjalanan kereta, biasanya aku terjaga saat lokomotif mandek sejenak di stasiun Purwokerto. Terakhir aku bergabung dalam tim penulis buku biografi seorang jendela TNI bintang 3 yang salah satu tugas bagianku adalah kisahnya selama di Purwokerto. Demikianlah aku antusias sekali saat kawan Ajeng Kesuma mengajakku berkelana ke Wonosobo dengan janji ketemu di Purwokerto. 


Sejarah Purwokerto

Secara status wilayah, rupanya dulu Purwokerto pernah berstatus kota administratif. Seperti kota-kotalainnya, kota dengan total luas wilayah 39,58 kilometer persegi ini juga memiliki catatan sejarah yang menarik.

Purwokerto berdiri pada 6 Oktober 1832 sebagai sebuah kadipaten. Pendirinya Adipati Mertadireja II. Desa Peguwon yang terletak di sekitar Sungai Pelus dipilih sebagai pusat pemerintahan. Empat tahun berselang, wilayah ini digabung menjadi satu dengan Kadipaten Ajibarang. Persisnya pada 1 Januari 1836. Di sinilah muncul nama Banyumas--yang di kemudian hari kita kenal sebagai kabupaten--sebagai ibu kota.

Memasuki abad ke-20, di bawah pemerintahan kolonial Belanda, mulai dilakukan perubahan tata ruang kota di Purwokerto. Yang punya peran adalah seorang arsitek Belanda, Herman Thomas Kartsen. Selain pembaruan, Herman juga mendesain ulang tata ruang demi kebutuhan mengakomodasi terjadinya lonjakan penduduk. Bukan hanya di Purwokerto, tapi di wilayah lain di Pulau Jawa.

Nama Purwokerto konon ada dua versi. Yang pertama berdasarkan temuan batu yang diyakini sebagai reruntuhan candi di masa lalu, disinyalir sebagai peninggalan Kerajaan Pasiluhur. Batu yang ditanam di Arcawinangun, Kecamatan Purwokerto tersebut dikenal sebagai “Makam Astana Dhuwur Mbah Karta” yang berada di Arcawinangun, Kecamatan Purwokerto. Nama Karta itu mengacu pada “Karti” di nama Kiai Kartisura. 

Versi kedua cukup singkat. Menyebut asal-usul nama Purwokerto mengadaptasi dua lokasi bersejarah di wilayah tersebut, yakni Kertawibawa, ibu kota Pasir, dan Purwacarita, kerajaan di tepi Sungai Serayu. 

Entah mana yang lebih tepat. Namun sepertinya keduanya sama-sama menyepakati bahwa penyebutan wilayah ini adalah Purwokerto, bukan Purwakarta, yang merupakan kabupaten di Jawa Barat. 





Pengelanaan Setengah Hari

Aku tiba di Purwokerto persis tengah malam, sudah masuk tanggal 24 Juni 2025. Rencana ke Purwokerto--memenuhi ajakan kawan ini--sebetulnya tak mendadak amat. Namun, ternyata tak mudah mendapatkan tiket kereta api dari Bandung. Memang, ya, kereta masih jadi pilihan ekonomis terutama kereta ekonomi atau gerbong ekonomi. Rebutan. Telat pesan, nggak kebagian. Jadilah aku menggunakan moda bus antarkota.

Aku bukan penggemar moda bus (Berhubungan dengan travel). Biasanya untuk kepergian luar kota jarak jauh, aku memilih kereta api sebagai sarana transportasi. Jarak dekat barulah pakai bus. Itu pun dulu. Begitu ada banyak travel yang beroperasi, bus pun kembali ditinggalkan. Seperti belajar kembali menggunakan jenis angkutan ini. Menuju ke Terminal Cicaheum untuk menaiki bus Sinar Jaya yang kupesan melalui Traveloka. Cek ke loket ternyata tersedia cukup banyak armada menuju Purwokerto, dengan sedikit selisih tarif. Kalau waktunya leluasa, bisa langsung ke terminal saja untuk mendapatkan layanan yang diinginkan. Tiket yang kupesan seharga Rp130.000.

Memasuki Purwokerto, sopir menurunkanku di lokasi yang konon cukup dekat dengan penginapan yang sudah dipesan kawan. Memang dekat, aku cukup membayar Rp8.000 untuk ojek online yang kupesan. 



Penginapannya menarik, namanya Omah Kranji. Guest house ini berlokasi di Jalan Kranji, tak jauh dari alun-alun Purwokerto. Kalau kalian orang Bandung, bisa kugambarkan vibes penginapan ini menyerupai Bumi Asih yang berada di kawasan belakang Gedung Sate. Versi mininya. Sempat berbincang sedikit dengan pemiliknya pada pagi kami akan jalan-jalan. Ibu pemilik pernah tinggal lama di Bandung dan Jakarta.

Berhubung sudah ada rencana lanjutan ke Wonosobo, kami memanfaatkan waktu sebaik mungkin, menikmati kota ini. Diawali dengan jalan kaki memutari alun-alun.

Sepanjang perjalanan dari penginapan menuju alun-alun kami mendapati beberapa penginapan. Jadi, tampaknya tak sulit untuk mencari tempat bermalam di kota ini. Alun-alun yang berseberangan dengan komplek Kantor Pemerintahan Kabupaten Banyumas berjarak lebih kurang satu kilometer dari penginapan.

Kami menuntaskan jalan kaki empat kali putaran sebelum meutuskan mencari sarapan. Ada cukup banyak saran yang kami temukan di media sosial. Namun, kami mengikuti satu rekomendasi kawan untuk menjajal sroto Purwokerto. Tempatnya tak terlalu jauh juga dari alun-alun. Beberapa kali kelokan dan menambah sekian bulir keringat, hehe, akhirnya kami tiba di RM Sroto yang ada di Jalan Bank. 

Kami memesan sroto dua porsi dan tempe mendoan serta teh poci satu porsi. Srotonya oke, enak, aku suka citarasanya. Sayangnya--sebagai kota dengan julukan Kota Mendoan--malah mendoannya kurang nendang. Lumayan terbayarkan oleh legitnya teh yang diseduh bersama gula batu.




Sayangnya ukuran lambung tak bisa terlalu banyak menampung makanan. Jadilah cuma itu kuliner yang kami nikmati di Purwokerto. Lain kesempatan perlu berkunjung kembali, sengaja untuk njujug ke kota ini dan menikmati aneka suguhan kotanya.

Ada yang mau jalan-jalan bareng? Barangkali Mbak Suci, kawan travel blogger Medan lagi berkunjung ke tanah Jawa, boleh dicoba. 

Btw, perjalanan panjangku yang diawali dari kunjungan ke Purwokerto ini membuatku segera mengeksekusi keinginan berkelana ke beberapa kota yang selama ini hanya jadi wacana. 















Sembuhkan Penyakit Metabolik dengan Diet Keto dan Intermittent Fasting

Berapa sering kita ditakut-takuti pernyataan seputar angka kematian yang disebabkan oleh pola hidup tidak sehat? Sejauh yang kutemukan di media sosial saja melimpah ruah, baik dari tayangan bersponsor maupun milik personal. Apakah lantas orang mau dengan mudah mengubah gaya hidupnya menjadi lebih sehat? Mungkin ada beberapa, tapi sepertinya sebagian besarnya orang hanya membaca sambil lalu. Barangkali memang dibutuhkan pengalaman pribadi untuk bisa menjadikan sebuah pesan mendorong perubahan perilaku. Diet keto, aku melihat langsung pengalaman beberapa kawan yang bisa menurunkan berat badannya secara signifikan. Namun, apakah diet keto bisa menyembuhkan penyakit metabolik?



Baca juga: Pulihkan Trauma dan Ciptakan Hidup Sehat Selaras dengan Terapi BCR

Baru-baru ini yang kutemukan juga tentang sebuah penelitian yang menyebutkan bahwa sekitar 14 juta orang berusia 30-69 tahun meninggal terlalu dini akibat penyakit. Apa sebab? Penyakit-penyakit akibat gangguan metabolik seperti serangan jantung, diabetes, dan tekanan darah tinggi. Disebutkan pula penyakit-penyakit akibat gaya hidup tidak sehat itu kini mulai menyasar orang-orang yang lebih muda. 


Apa Itu Diet Keto dan Intermittent Fasting?

Diet Keto

Diet keto atau diet ketogenik yang berasal dari kata keton, senyawa kimia yang dihasilkan dari pemecahan lemak oleh organ hati. Pola dietnya adalah dengan mengurangi atau menghilangkan komponen karbohidrat dalam menu makanan, tergantung jenis diet keto yang dipilih. Tujuan yang dicapai dalam diet keto adalah tubuh berada dalam kondisi “ketosis”, yakni ketika tubuh mulai menggunakan lemak sumber utama energi. Energi biasanya diambil dari glukosa. Dengan mengurangi atau menghilangkan komponen karbohidrat, tubuh pun kekurangan glukosa. Tubuh kemudian menggunakan lemak sebagai pengganti. 

Awalnya, diet keto ini disarankan secara medis sebagai upaya menurunkan angka kejadian epilepsi pada anak. Dalam perkembangannya, malah lebih banyak dimanfaatkan untuk penurunan berat badan.

Beberapa jenis diet keto:

Simple Keto, bertujuan menjaga kesehatan, penurunan berat badan, dan mengontrol nafsu makan. 
Konsumsi karbohidrat kurang dari 50 gr/hari; masih diperbolehkan mengonsumsi buah-buahan rendah karbo dalam porsi kecil. 

Keto untuk Kesehatan, bertujuan mengurangi peradangan kronis dan meningkatkan sensitivitas insulin. 
Konsumsi karbohidrat kurang dari 30 g/hari; pemilihan jenis karbo diperketat dan berfokus pada sayuran rendah karbo.

Keto Terapeutik, bertujuan menginduksi dan mempertahankan kestabilan ketosis. 
Diet ini banyak digunakan untuk kondisi gangguan tubuh seperti epilepsi, autoimun, dan neurodegeneratif.

Keto untuk Kanker, bertujuan menekan glukosa darah semaksimal mungkin untuk "mematikan" sel kanker yang tergantung glukosa. 
Konsumsi karbohidrat 3-10 g/hari.
Pada diet jenis ini dibarengi dengan pemantauan Glukose Ketone Index (GKI) agar tetap di bawah 1. 

Baca juga: Perbedaan Darah Rendah dan Kurang Darah


Intermittent Fasting (IF)

Sesungguhnya IF bukanlah jenis diet melainkan pola makan yang mengatur jadwal dengan kurun waktu tertentu yang disebut jendela makan. Waktunya bisa dipilih sesuai kebutuhan tubuh. 

IF memiliki 3 metode. Pertama, metode alternate day fasting, yakni pada hari yang dipilih, tanpa makanan dan hanya mengonsumsi air minum atau jus; dan hari lainnya kita dapat mengonsumsi makanan sesuai keinginan.

Kedua, modified fasting regimen, yakni pada hari yang dipilih untuk berpuasa, asupan kalori dibatasi hanya 25% dari total kebutuhan kalori;  sedangkan pada hari lain atau nonpuasa konsumsi makanan dibebaskan.

Ketiga, time-restricted feeding, yakni pembatasan waktu makan setiap harinya yang disebut jendela makan. Kita hanya bisa makan pada jendela waktu yang kita pilih, misalnya 16-8, yang artinya 16 jam puasa, 8 jam makan. Pilihan waktunya dibebaskan. Dari jendela waktu 8 diturunkan menjadi 6, kemudian 4. 

IF metode ketiga inilah yang belakangan hari banyak dilakukan dan kita akan bahas di sini.


Perpaduan Diet Keto dan IF 

Diet keto dianggap efektif menurunkan berat Sudah banyak testimoni yang dibagikan orang lewat berbagai media. Namun, ternyata bukan hanya soal berat badan. Dengan pola makan diet ini, berbagai macam penyakit metabolis bisa dicegah dan disembuhkan. Kadar insulin turun, tubuh pun menghabiskan simpanan glikogen ada di otot dan hati. Bahkan CEO Lineation Clinic, dr. Dhavid Avandy Jaya meyakini diet ini bisa mematikan sel kanker.  

IF dan diet keto memiliki pendekatan yang berbeda, tapi keduanya bertujuan menghabiskan simpanan glikogen dalam tubuh agar tubuh mengalihkan sumber energi dari karbohidrat dan protein ke sel lemak.

Belakangan hari, orang mulai menggabungkan kedua pendekatan ini. Menjalani keduanya sekaligus, IF dan diet keto. 

Manfaat apa yang diperoleh dengan melakukan IF dan diet keto secara bersamaan?
  • Kondisi ketosis dapat tercapai dalam waktu lebih singkat
  • Durasi gejala flu keto bisa lebih singkat
  • Tubuh lebih mudah beradaptasi saat mengurangi atau menghilangkan karbohidrat
  • Lebih banyak lemak yang terbakar
  • Berat badan turun lebih cepat
Apa itu flu keto? Flu keto adalah gejala yang dialami para pelaku diet keto saat tubuh beradaptasi atau mengalami transisi dalam penggunaan energi. Gejalanya berupa mual, lelah, sakit kepala, dan kelaparan akan makanan manis. 

Dalam kurun waktu tertentu, jika kamu mengikuti prosedur yang disarankan oleh dokter atau ahli gizi, gejala flu akan hilang dengan sendirinya saat tubuh mulai beradaptasi. 

Tak semua orang bisa dengan mudah mengikuti metode ini. Bayangkan, kamu harus stop makan nasi, mi, dan aneka produk tepung. Bayangkan nasi putih pulen ngebul karena masih panas, ditemani aneka gorengan, daging, ikan, dan lain-lain, ditambah dengan sambal terasi pedas. Nyam! Atau bayangkan di saat pengin variasi makanan, membayang olahan mi dalam berbagai jenis, slurp... nikmat dengan kuah panasnya. Atau pada saat jeda, ingin menikmati secangkir kopi dengan aneka cemilan berbahan tepung, seperti roti atau jajanan pasar... yup, semua itu harus skip dari daftar menu makan. Ini utamanya jika kamu menjauhkan diri dari aneka penyakit metabolik. Atau yang sudah telanjur merasakannya dan masih berharap untuk sembuh. 

Jika niatnya sudah bulat untuk hidup lebih sehat, baiknya dikonsultasikan dengan dokter atau ahli gizi, ya. Atau jika berniat serius mengubah pola makan untuk menghindari penyakit atau mau sembuh dari aneka gangguan metabolik itu, silakan gabung di grup wa 



Sembuhkan Penyakit Metabolik ala BCR
 
Hipertensi adalah sinyal salah gizi
Kolestrol adalah sinyal salah gizi
Diabetes adalah sinyal keracunan gula.

Sudahkah kamu mendengarkan tubuhmu?

Itu pertanyaan yang disampaikan dr. Dhavid di grup Info BCR. Jauh-jauh hari yang lalu, dokDave juga mengatakan bahwa penyakit yang bukan disebabkan oleh virus, bakteri, kuman, dan parasit kemungkinan besarnya adalah psikosomatis yang bersumber dari persoalan emosi yang mempengaruhi pola makan dan gaya hidup.
 
Kalau kamu termasuk kalangan yang saat mengalami masalah dengan stagnasi emosi melarikan diri ke makanan, kamu berpotensi untuk mendekati penyakit-penyakit metabolik itu. Pengenalan melalui Body Communication Resonance (BCR) kita diajak untuk lebih berkesadaran, termasuk dalam memilih makanan yang tepat untuk tubuh kita.

Lebih lengkap soal tata laksana diet untuk menyembuhkan penyakit metabolik, aku bahas di tulisan berikutnya, ya. Lengkap dengan rekomendasi menu serta apa-apa yang boleh dan tidak boleh dikonsumsi. Buat yang ingin tahu soal apa itu BCR, bisa hubungi aku lewat WA.

Permakultur dan Kunjungan ke Kebun Igirmranak

Tinggal di rumah mungil dengan pekarangan luas, dilengkapi dengan aneka tanaman, baik bunga, aneka sayur dan buah, dan tanaman pelindung, siapa mau? Ah, sesungguhnya itu impianku. Memiliki rumah sebagai tempat berteduh sekaligus ikut merawat bumi dengan pola bertanam yang ramah lingkungan dan melibatkan banyak makhluk lainnya. Membayangkannya saja sudah membuatku bahagia. Apakah kamu tertarik juga? Mari kita buat manifestasi sama-sama. Bulan lalu kebetulan berkunjung ke lahan permakultur yang digarap kawan di Igirmranak. 


Sebetulnya kebun di Igirmranak, Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah ini belum lengkap. Penanganannya juga belum optimal. Namun, sebagai sebuah upaya di tengah perladangan yang homogen dan dibanjiri pupuk kimia, upaya ini patut diapresiasi dan perlu mendapat dukungan.


Apa itu Permakultur? 

Permakultur atau dalam bahasa Inggris permaculture dalam pengertian harfiahnya adalah pertanian permanen. Model pertanian ini sebetulnya sudah ada di tengah masyarakat kita dari zaman dahulu kala. Sebagai orang yang lahir dan besar di desa, dengan sedikit lahan yang kami miliki, ada sejumlah komponen yang terbilang memenuhi syarat untuk disebut permakultur. Kami memiliki aneka jenis tanaman konsumsi seperti sayuran, umbi-umbian, aneka macam tanaman bumbu dapur, buah-buahan; padi yang kami tidak punya. Kami memelihara ayam kampung, yang telur dan dagingnya kami konsumsi sendiri dan sebagiannya dijual ke pasar. Kandang selalu bersih, karena Bapak rajin membersihkan kotoran mereka dan menjadikannya pupuk.

Ya, itu kondisi yang sangat akrap kita temukan di pedesaan. Tapi konsep ini mengemuka secara global saat Bill Mollison, peneliti dan ahli biologi asal Australia mempublikasikan pemikirannya. Publikasi secara global itu pun mendapat sambutan baik. Ia menyampaikan ajakan: “bekerjalah dengan alam, bukan melawannya”. Manusia sebagai makhluk yang menghuni bumi memiliki tanggung jawab atas kehidupannya sebagai pribadi maupun makhluk sosial. Ia memikul tanggung jawab atas kehidupannya di masa depan--termasuk anak cucunya--dan keberlangsungan bumi. Tanggung jawab itu termasuk menjaga eksistensi aneka flora-fauna dan makhluk hidup lainnya.

Kunci utama permakultur adalah "keseimbangan dan berkelanjutan". Permakultur dapat menjadi bagian dari pembelajaran tentang hidup yang berkesadaran. Melalui permakultur kita diajak untuk:
1. Peduli akan masa depan bumi dengan menjalankan sistem yang berkelanjutan agar berkelanjutan dan bertambah luas
2. Peduli akan masa depan manusia dengan mencukupkan kebutuhan mereka terhadap sumber daya alam demi keberlangsungan hidupnya
3. Peduli dengan ketersediaan sumber daya di alam dengan mengambil secukupnya sesuai kebutuhan dan menyerahkan sisanya bagi generesi mendatang, baik manusia maupun berbagai elemen yang terlibat

Permakultur mensyaratkan upaya timbal balik bahwa kita perlu mengembalikan apa yang sudah kita manfaatkan dari alam. Kata kunci "berkelanjutan" juga membutuhkan perencanaan yang baik terkait perancangan ekologis; sudah disiapkan dari awal sistem pemanfaatan energinya. 



Dalam pelaksanaannya, permakultur dapat dijadikan kegiatan bersama dalam komunitas, meski sangat memungkinkan untuk dijalankan secara mandiri atau personal. Namun, dalam skala komunitas tentunya ada hal baik lainnya yang serta-merta ikut terbangun. Misalnya pemanfaatan lahan umum di satu wilayah, dengan warganya saling membantu, bergotong-royong dalam ambil peran dan tanggung jawab. Inilah yang lebih kurang coba dilakukan oleh seorang kawan di Igirmranak. 


Lahan Permakultur di Desa Igirmranak 

Bulan lalu aku melakukan perjalanan ke Wonosobo, persisnya ke Desa Igirmranak yang berlokasi di kaki Gunung Prau. Ada kawan Ajeng yang mengajakku, menjenguk lahan permakultur yang dikelola oleh kawannya, Rumiyati, yang dinamai Zona Sekeco.

Tanah yang dikelola perempuan yang akrab disapa Rumi ini lebih kurang seluas 1.000 meter persegi (termasuk lahan kandang komuninal dan pabrik pupuk) yang merupakan tanah bengkok desa. Kerja sama tersebut diputuskan dalam rapat antara BPD, pemerintah desa, dan Rumi sebagai Direktur Samitra Lingkungan bersama timnya, pada November 2024. Sebuah kesepakatan kerja sama yang buat Rumi adalah tantangan, mengingat kawasan Igirmranak ini sebagian lahannya sudah nyaris habis ditanami kentang dan tanaman sejenis. Dapat dipastikan lahan-lahan tersebut tak satu pun yang menggunakan pupuk organik.

"Tanah di sini pH-nya sangat asam. Saat kami datang, tak ada seekor pun cacing yang kami temukan," kenang Rumi, kembali ke tahun lalu saat mulai menggarap lahan ini.

Dengan idealismenya untuk ikut andil menjaga bumi, Rumi bersikukuh untuk menjalankan rencananya. Setelah tanah dikosongkan beberapa lama, diberikan pupuk organik hingga tanah bisa ditanami. Penanaman dimulai pada Desember 2024. Aneka tanaman ia sebar di kolom-kolom tanah yang disediakan, berupa sayuran, bunga, dan empon-empon menyusul pada awal tahun 2025. Empat batang kopi tetap dibiarkan tumbuh di tempatnya.  

Dalam pelaksanaannya, awalnya Rumi menggandeng pemuda desa. Sayang tak berjalan baik, di antaranya karena para pemuda menginginkan hasil yang instan. Rumi mengalihkan kerja samanya dengan 4 ibu-ibu desa yang ia sebut sebagai Srikandi Igirmranak. Pelan-pelan dilakukan perbaikan. Rumi yang hanya 1-2 hari seminggu berkunjung bisa bernapas lega karena para ibu yang diserahi tanggung jawab menjaga dan merawat kebun melakukan tugas mereka dengan sangat baik. 
Kolaborasi tim Rumi ini sudah melakukan panen:
  • Kentang sebanyak 1 kali
  • Wortel 2 kali
  • Kopi 1 musim
Tanaman lain yang belum panen adalah talas, ubi yakon, carica, cabe gendot, dan tanaman di blok apotek hidup. 


Penyediaan ayam sebagai hewan ternak di lokasi ini juga masih menjadi wacana. Sejauh ini kebutuhan pupuk kandang dicukupi dari kotoran domba yang dipelihara di tanah yang berbeda; sebuah kandang komunitas yang dikelola oleh desa. Sudah tercukupi, bahkan pengolahan limbah dari kandang komunal ini sudah memberikan hasil secara ekonomis lewat pengolahan dan penjualan pupuk kemasan. Meski demikian, tetap, Rumi masih berkeinginan lahan permakulturnya dilengkapi dengan kandang ayam.

PR Rumi dan para ibu penggerak ini masih panjang. Apalagi untuk sampai mewujudkan cita-cita menjadikan lahan ini sebagai area wisata dan pembelajaran berbasis ekologi. Homestay sudah disediakan sebanyak 2 buah rumah panggung, sebuah ruang yang sedianya untuk rumah makan yang cukup memadai, ruang pertemuan dan dapur yang cukup luas, dan satu gedung sebagai ruang tidur bersama. Kesemuanya masih memerlukan sentuhan hospitality yang cukup serius.

"Dari perkembangan yang ada, rencananya kami akan mulai lakukan aktivasi warung permakultur dan sistem event bulanan pada September 2025," ungkap Rumi bersemangat. Ini sekaligus menjawab keraguan sebagian besar warga yang memandang sebelah mata terhadap pertanian organik.

Program pembelajaran bagi anak-anak sekolah pernah coba dilakukan namun belum berhasil baik. Rumi menyadari, masih cukup banyak kendala yang dialaminya untuk mempublikasikan kawasan ini sebagai area belajar. Namun ke depan ia sungguh-sungguh berharap program ini terlaksana. Karena anak-anak adalah generasi masa depan yang perlu kita siapkan untuk peran dan tanggung jawab mereka demi keberlangsungan bumi yang mereka tinggali. Tak sabar suatu hari kelak bisa mendapatkan kabar baik bahwa anak-anak sekolah sudah bisa belajar di lahan ini. Rumi sendiri optimis wisata ekologis sudah bisa dibuka pada Januari 2026. 

Btw, buat yang suka kisah belajar anak, boleh juga kunjungi blognya Teh Okti blogger Cianjur terutama bagian mondok di Gontor yang seru. 


Ah, Rumi, terima kasih banyak sudah menerima dengan hangat kunjungan kami. Sebagai sebuah niat baik dari upaya untuk memberikan andil bagi keberlangsungan bumi yang lestari, aku ikut berharap lahan permakulur di Desa Igrimranak ini terus bertumbuh sekaligus bisa menghidupi pengelolanya dan warga yang terlibat.    

Sampai kapan Rumi akan aktif mengurus Zona Sekeco?

"Komitmen saya sampai sistem manajemen dipegang sendiri oleh warga Igirmranak. Minimal 5 tahun, maksimal 10 tahun."

Sip! Lancar, sukses. Sampai ketemu lagi, kawan-kawan Zona Sekeco dan semesta Igirmranak. 

Buat teman-teman yang merencanakan liburan yang "tak sekadarnya", sila hubungi Rumi untuk menikmati kaki Prau yang permai.

Ibu Meong bareng Rumi waktu naik Prau









Kamu Tim Mana, Perjalanan dengan atau Tanpa Rencana?

Wahai, kalian para pengelana, apa yang menjadi kebiasaan kalian saat melakukan perjalanan atau traveling? Apakah berbekal itinerary detail dan lengkap ataukah suka-suka alias tanpa rencana? Aku sendiri sih dasarnya bukan orang yang tertib dalam perencanaan. Tapi tak terlalu gambling atau impulsif juga. Cuma ya "begitu saja", rencana secukupnya, selebihnya mengalir. 


Baca juga: Melihat Sesar Lembang dari Dekat, Usia Bukan Halangan

Kebetulan bulan kemarin melakukan perjalanan yang sebagian besarnya tak terencana. Jangan bayangkan itu perjalanan yang menantang dan membutuhkan keberanian, karena medannya ya memang sudah kukenali. Hanya tak terencana saja. Namun, suatu kali aku ingin melakukannya. Sebuah perjalanan tanpa rencana ke kawasan yang tak kukenal sebelumnya. Seru kayaknya. 

Nah, aku coba kumpulkan catatan dari beberapa sumber soal perjalanan positif-negatifnya perjalanan dengan dan tanpa rencana.


Perjalanan dengan Rencana (Detail)

Dalam banyak kasus, hal-hal yang terorganisir dengan baik memang memudahkan. Kita langsung tahu mau ke mana, mau melakukan apa, begitu tiba di tempat tujuan. Paling tidak itu yang bisa kupelajari dari beberapa kali melakukan perjalanan bersama biro travel.  

Di dunia traveling dikenal istilah itinerary, yakni rencana kegiatan yang akan dilakukan selama perjalanan atau waktu yang ditentukan untuk liburan. 

Berikut beberapa kemudahan dengan membuat rencana yang detail.

1. Pemanfaatan waktu secara optimal. Dengan membuat itinerary, perencanaan waktu lebih tertata. Tentu saja tetap memperhitungkan hal-hal di luar prediksi seperti kemacetan lalu lintas. Dan tetap perlu disiapkan plan B. Meski demikian dengan itinerary mengurangi risiko molornya waktu. 

2. Dengan ketepatan waktu, jam berapa menuju ke mana, berapa lama perjalanan, durasi kunjungan, dsb. maka titik-titik kunjungan yang telah direncanakan pun dapat terpenuhi. Tidak ada destinasi yang terlewatkan.   

3. Itinerary mempermudah dalam budgeting. Pengeluaran yang terencana masih sering bikin kita kebobolan, apalagi yang tanpa perencanaan sama sekali. Di sini kita butuh survei terkait biaya perjalanan, harga tiket jika melakukan kunjungan wisata, tarif hotel jika perlu menginap, biaya konsumsi, tarif guide person jika dibutuhkan, serta biaya akomodasi lainnya. 

4. Perencanaan yang baik juga dibutuhkan untuk membantu kita menyiapkan barang bawaan. Jangan sampai kejadian kita kelebihan berat untuk bagasi pesawat. Atau bikin kita kelelahan menanggung beban bawaan. Liburan bukannya gembira, jadinya malah seluruh otot pegal, linu, nyeri, dsb. Pun sebaliknya, jangan sampai karena ingin berhemat bawaan, barang-barang yang penting terlewatkan karena kurang persiapan. 

5. Persiapan matang mengurangi risiko dipalak. Siapa yang malak? Siapa pun yang bermaksud mengambil keuntungan dari orang yang tak kenal medan. Riset awal bisa membantu kita mengetahui harga yang sesungguhnya. 

Menyiapkan itinerary membutuhkan upaya ekstra. Mulai dari menyiapkan daftar, membuat perbandingan, bikin riset--meski sederhana tetap saja butuh upaya, dan lain-lain yang bagi sebagian orang pasti terasa ribet. Namun, ketika itenerary sudah disiapkan secara detail, proses di lapangannya jadi lebih lancar. 

Baca juga: Bertandang ke Gunung Padang


Perjalanan Tanpa Rencana (Detail)

Tanpa rencana itu bukan berarti impulsif, loh, ya. Jika impulsif, kita mudah berubah pikiran, berubah rencana karena mendapatkan pengaruh dari luar, atau sedang gabut, tidak punya agenda . Misalnya tiba-tiba menemukan brosur destinasi baru yang menarik, atau mendapatkan cerita dari orang yang ditemui dalam perjalanan, atau alasan lainnya. 

Atau, nggak soal jika awalnya impulsif, tapi dalam perkembangannya dibarengi dengan perencanaan, meski tidak secara detail. 

Nah, mengapa, sih, orang melakukan perjalanan tanpa rencana detail? 

Ada beberapa alasan yang membuat orang memilih untuk melakukan perjalanan santai, tanpa rencana. 

1. Melepaskan diri dari rutinitas. Kadang, rutinitas terasa membosankan. Jika pekerja kantoran dengan jam reguler, tiap hari memiliki aktivitas rutin berangkat kerja, istirahat, pulang, hingga 5-6 hari kerja. Aktivitas lain pun akhirnya mengikuti; olahraga yang terjadwal, berjumpa teman pun terjadwal, begitu pula masa liburan. Nah, mengapa tidak, di luar soal "waktu", liburannya dibuat bebas saja?

Dalam liburan tanpa rencana dapat memunculkan spontanitas yang menyenangkan. 

2. Tersedianya berbagai fasilitas berbasis teknologi. Selagi teknologi tersedia, ada cukup banyak hal yang bisa diakses cepat. Mencari lokasi tinggal cari map online. Mencari hotel dan penginapan tinggal pesan online. Kendaraan bisa pesan online kapan saja. Dunia dalam genggaman.  

3. Keinginan untuk lebih santai, tanpa terpenjara oleh jadwal ketat yang membuat liburan jadi serba terburu-buru. Bisa memilih sendiri tujuan dengan leluasa, berhenti saat lelah, jeda saat bosan, mencari hiburan ketika kehilangan mood. Pendek kata, perjalanan tanpa rencana ini dapat memunculkan potensi diri yang sebelumnya tak muncul ke permukaan. 

4. Menemukan kejutan menyenangkan. Tanpa rencana detail sangat mungkin kita akan terbawa ke dalam kondisi yang tak biasa. Tersesat dalam perjalanan, menjumpai orang asing yang menarik, menemukan tempat nongkrong yang unik, dsb. 

Tentu saja hal ini terjadi jika kita memilih untuk tidak bermain ke wilayah-wilayah mainstream

5. Biaya dapat lebih fleksibel. Perjalanan tanpa rencana biasanya dadakan dan pilihannya adalah destinasi yang tak jauh-jauh amat. Bisa pula dadakannya karena menemukan promo atau diskon sarana transportasi, tempat menginap, dll. yang memungkinkan kita mendapatkan harga yang "bagus". 

Seru, kan? Yup, perjalanan tanpa rencana bisa jadi sangat seru. Yang perlu jadi catatan adalah risiko; mesti siap dengan segala kemungkinan. 

Baca juga: Berkunjung ke Kota Atlas Semarang


Dengan atau Tanpa Rencana Detail, yang Penting Jalan!

Nah, ini kesimpulan pentingnya: yang penting jalan! Lakukan, bukan hanya rencanakan. Jalan-jalan dapat menjadi hiburan bagi kita di tengah rutinitas. Jeda dari kegiatan atau pekerjaan yang mematok kita pada hal yang itu-itu saja. Memilih waktu untuk menyenangkan diri sendiri. Me time. Selain jalan-jalan, sebetulnya banyak aktivitas me time lainnya. Seperti yang biasa dilakukan kawan blogger yang dapat dilihat di Sunglowmama Blog. Ada bahasan soal journaling bagi yang tertarik, journaling untuk ibu sibuk

Aku sendiri, tahun ini mennyemangati diri untuk menjadi sesesorang yang lebih spontan, tak terlalu banyak rencana, tak overthinking. Dan tentu saja salah satunya adalah dalam konteks jalan-jalan. Sudah membuat daftar pendek kota tujuan, dengan rencana yang tak terlalu kental. 

Ada yang tahun ini juga punya agenda yang sama? Melakukan traveling atau perjalanan secara berkala? Yuk, kita lakukan perjalanan, baik dengan itinerary detail maupun dengan spontan. Atau membuat kombinasi di antara keduanya. 

Bulan lalu aku sudah melakukannya. Rencana yang awalnya hanya ke Wonosobo, lantas, begitu saja berlanjut ke 2 destinasi lainnya, yaitu ke Bali dan ke kampung halaman di Jatim. Ada beberapa tulisan yang nanti aku akan bagikan di blog.

Selamat menyiapkan perjalanan, ya. Happy traveling!


Baca juga: Jelajah Taman Buru Masigit-Kareumbi

NPD Apakah Bisa Disembuhkan?

Istilah "narsis" banyak kita temukan dalam bahasa pergaulan sehari-hari. Biasanya ketika terlihat ada orang-orang yang berlebihan dalam unjuk diri. Bahkan jadi sekadar celotehan bagi yang ingin berswafoto: "narsis dulu, ah!" Padahal tidak sesederhana itu. Apalagi juga dikaitkan dengan gangguan kepribadian, seperti pada kasus Narsistic Personality Disorder (NPD). Rumit!





Barangkali aku terjebak dalam anggapan sederhana itu, ya? Begitu saja aku menyimpulkan bahwa perilaku narsistik dilakukan oleh orang-orang berkepribadian ekstrovert. Dan itu salah besar. NPD bisa diderita oleh siapa pun. Maka begitu mengumpulkan informasinya untuk kebutuhan pekerjaan, seperti langsung tercengang: loh, ternyata begitu, ya?


Apa itu NPD? 

narsisme/nar·sis·me/ n 1 hal (keadaan) mencintai diri sendiri secara berlebihan; 2 hal (keadaan) mempunyai kecenderungan (ke inginan) seksual dengan diri sendiri

Istilah narsisme pertama kali dimunculkan oleh tokoh psikologi ternama, Sigmund Freud. Istilah "narsisme" (dari kata Yunani: narkissos) ini digunakan untuk menggambarkan rasa cinta yang berlebihan terhadap diri sendiri.

Dalam mitologi Yunani, Narkissos adalah sosok yang dikutuk oleh Dewa untuk mencintai bayangannya sendiri. Diceritakan, Narkissos yang dikenal cantik ini menolak cinta seorang nimfa bernama Echo. Kutukan itu menjadikan Narkissos melulu melihat bayangannya di air. Ia pun akhirnya hanya bisa menghabiskan sisa hidupnya sebatas mengagumi bayangannya, lalu mati akibat rasa sedih dan kesepiannya. 

Dalam konteks psikologi, rasa cinta yang berlebihan terhadap diri sendiri itu dibarengi dengan perasaan diri sebagai yang paling penting, mengejar perhatian dan pengagungan dari orang lain, dan kurangnya empati. Dalam takaran dan kondisi tertentu, narsisme ini kemudian jatuh kepada gangguan kepribadian, yakni Narcissistic Personality Disorder atau disingkat NPD. 

Sejauh ini, belum kutemukan referensi yang dengan jelas menyebutkan penyebab NPD. Sejumlah artikel yang bersumber kalangan medis, akademis, maupun lembaga penelitian menyebutkan bahwa NPD masih belum sepenuhnya dipahami. Meski demikian disebutkan kemungkinan NPD dipengaruhi oleh faktor genetik, lingkungan --dalam hal ini adalah pola asuh, kebiasaan dalam pergaulan, dan trauma masa lalu, dan neurobiologi. 

Keluarga dengan riwayat anggotanya memiliki NPD meningkatkan risiko terjadinya NPD pada anggota keluarga yang lain. Begitu pula dengan pola asuh. Orang tua dan lingkungan yang terlalu memanjakan anak, lemah menerapkan konsep benar-salah, pujian yang berlebihan meski tanpa kontribusi, dll. 

Pengalaman traumatis juga memberikan andil munculnya NPD. Pengalaman mendapatkan kekerasan fisik maupun verbal dari orang tua dan orang-orang terdekat, penelantaran, atau sebaliknya pemanfaatkan secara sepihak berpotensi memicul NPD. Faktor lain yang secara biologis dapat menjadi penyebab adalah dari sisi neurobiologi. Ada keterkaitan antara otak dengan perilaku dan pemikiran yang memengaruhi kecenderungan narsistik. 

Meski penyebabnya belum pasti, ada sejumlah gejala yang ditengarai dapat membantu diagnosisi NPD.



Situs yang sekaligus membangun sistem kesehatan, Duke Health merangkum gejala NPD dengan istilah SPECIAL ME. Istilah ini merupakan singkatan dari: 
S, sense of self-importance. Orang dengan NPD merasa diri penting dan istimewa, sehingga selalu membutuhkan validasi dari orang lain. 
P, preoccupation with power, beauty, or success. Mereka juga menganggap bahwa kekuasaan, penampilan, kesuksesan adalah sesuatu yang sangat penting. kecantikan, atau kesuksesan)
E, entitled. Orang dengan NPD merasa punya hak atas segala sesuatu. 
C, can only be around people who are important or special. Mereka akan mengabaikan orang-orang yang dianggap tidak penting atau istimewa.
I, interpersonally exploitative for their own gain. Dengan berbagai cara, biasanya manipulatif, orang NPD memanfaatkan orang lain untuk keuntungan pribadinya.
A, arrogant. Ada kecenderungan bersikap sombong dan arogan.
L, lack empathy. Mereka masa bodoh dengan perasaan orang lain.
M, must be admired. Orang NPD menjadikan pujian sebagai kebutuhan.
E, envious of others or believe that others are envious of them. Mereka merasa iri terhadap orang lain, dan sebaliknya, menganggap orang lain iri terhadap mereka. 

Konon, para profesional kesehatan mental banyak menggunakan 9 poin di atas sebagai dasar penelusuran proses diagnosis kecenderungan NPD pada seseorang. Apakah poin ini juga digunakan di Indonesia? Aku belum menemukan referensinya. Pun, apakah para profesional Indonesia menggunakan singkatan lain untuk memudahkan poin wawancara, tak juga kudapatkan sumber yang bisa menjelaskan.



Apakah Orang dengan NPD Dapat Disembuhkan?

Orang dengan NPD tidak dapat disembuhkan dengan paksaan orang lain. Mereka hanya bisa sembuh jika mereka memang memauinya. (dr. Dhavid Avandijaya Wartono) 

Upaya pengobatan untuk orang dengan NPD sejauh ini sudah dilakukan melalui metode psikoterapi. Orang dengan NPD memang selalu menempatkan diri di atas segalanya. Namun sesungguhnya mereka adalah pribadi yang rapuh. Yang dilakukan terapis adalah melakukan pendekatan untuk membangun harga diri dan mengajak mereka untuk hidup tanpa ekspektasi atau memiliki harapan yang realistis saja. Untuk mendukung proses penyembuhan, para narsistis ini disarankan untuk rutin melakukan aktivitas, seperti yoga dan meditasi untuk mengurangi gangguan ini dan selalu berkomunikasi dengan keluarga dan orang terdekat. 

Belum kutemukan juga informasi yang menyebutkan tingkat keberhasilan metode terapi ini. 

Kembali ke pernyataan yang disampaikan dr. Dhavid di atas, orang dengan NPD hanya akan pulih jika ia mau menerima diagnosisnya dan mau berubah atas pilihannya sendiri. Dengan catatan, diagnosis dilakukan oleh ahlinya. Ini perlu digarisbawahi mengingat di masa kini banyak betul orang yang dikit-dikit main diagnosis sendiri. Nope! NPD atau bukan, kita tak bisa asal menentukan terlebih jika proses berikutnya membutuhkan penanganan medis. 

Bagaimana jika ada "kecurigaan" orang-orang terdekat memang mengidap NPD? 

Jika kita melihat ada kecenderungan NPD berdasarkan sejumlah referensi, yang bisa kita lakukan hanyalah menawarkan yang bersangkutan untuk melakukan terapi. Jika bersedia, upaya pemulihan bisa dilakukan. Dia menolak? Tak ada lagi yang bisa kita lakukan. Jika orang tersebut adalah bagian dari keseharian kita, ya tinggal kita pilih, kita belajar menerima apa pun konsekuensinya atau ambil jalan lain.

Nah, salah satu yang bisa aku secara pribadi sarankan, buat yang secara mandiri atau berdasarkan diagnosis ahli menyadari kecenderungan NPD dalam diri, yuk belajar Body Communication Resonance (BCR). Melalui metode pengenalan terhadap diri sendiri, mengoptimalkan kemampuan tubuh melakukan self healing, BCR dapat menjadi jawaban bagi yang ingin bertumbuh sebagai pribadi yang lebih berkesadaran, termasuk mengambil kontribusi dari pengalaman sebagai orang dengan NPD.



Dapatkan informasi lebih lengkap soal BCR termasuk kelas pelatihan, kelas klub buku, dan grup berbagi tentang hidup berkesadaran, hubungi aku ya di WA Ibu Meong.