Tanpa perencanaan, akhirnya terjadilah itu yang namanya
berlibur. Senin lalu terima voucher menginap di Agrowisata N8 dari Sonora FM
(Radio aku bersiaran), Selasa ada gank emak-emak kucing ke Bandung, lalu
diputuskan Rabu memanfaatkan vouchernya. Perkebunan Malabar, Pangalengan
pilihannya.
Perjalanan ke Pangalengan membutuhkan waktu sekitar dua jam
dari Bojongsoang, titik aku berjumpa dengan gank emak kucing yang malam
sebelumnya sudah menginap di Bandung kota. Jalanan berliku, naik-turun, dengan
kejutan-kejutan. Kejutan karena terakhir aku ke Pangalengan rasanya tak seramai
ini. Sudah jauh berubah dibandingkan sekitar 5 tahun lalu aku bertandang. Namun
hal yang sama masih kutemui, kabut yang menyergap saat memasuki area perkebunan
teh. Pada jelang Maghrib, kami tiba di area penginapan milik PTPN VIII. Aku
tahu penginapan Agrowisata 8 tak jauh dari makam Bosscha. Tapi aku tak tahu
kalau rumah tinggal Bosscha masih ada dan menyatu dengan penginapan.
Baca juga: Menjenguk Makam KAR Bosscha
Itulah tempat kami bermalam. Berada di sisi
paling luar dari 7 rumah kayu di komplek penginapan ini. Tujuh rumah kayu ini
memagari tanah lapang, dengan kapasitas berbeda. Selain rumah kayu, Agrowisata
8 menyediakan 11 kamar Guess House dan 2 wisma. Tarifnya variatif, mulai dari
Rp 275.000. Selengkapnya bisa googling ‘agrowisata8’.
Memasuki rumah, agak terkejut juga mendapati penginapan tak
dilengkapi dengan alat memasak. Yang kutahu, penginapan Agrowisata 8 di Ciater
dilengkapi dengan dapur untuk memasak. Salahnya, aku tak tanya. Lalu apa masalahnya
kalau tak ada dapur? Tak usah dibikin susah. Yang biasa ‘nggelandang’ alias
‘mbambung’ kalau kata orang Jawa, keterbatasan fasilitas tak jadi soal. Ada
dapur penginapan yang bisa digunakan. Bagi yang mau berlibur dan tak tak mau
ribet dengan urusan masak, makanan bisa dipesan ke penjaga. Namun rikues harus
segera disampaikan, karena mereka memang tak preparing untuk makanan tamu
kecuali untuk yang wajib disajikan yakni menu sarapan. Jadilah menu makan malam
adalah mi instan yang ramai-ramai kami masak di dapur, lalu disantap di meja
kursi yang terletak di antara mushola dan bangunan utama.
Agrowisata 8 berada di ketinggian 1.550 meter dpl. Suhu
malam kemarin mencapai 13 derajat celcius. Jadiii.. bagi yang berniat menginap,
jangan lupa bawa serta baju hangat. Saat ngobrol santai di ruang tamu, masih terasa cukup hangat. Serangan dingin
justru terjadi di ruang tidur. Tapi ya itulah nikmatnya tidur di area
perkebunan teh. Terlebih di musim kemarau seperti sekarang.
Malam pun berlalu dan segera berganti pagi. Dingin yang
sangat menyengat. Tapi masa iya jauh-jauh datang hanya untuk bergelung di bawah
selimut. Kami pun bergerak. Tea walk, sekaligus mengunjungi makam Bosscha. Kami
mengalami banyak perjumpaan. Dengan anak-anak sekolah. Dengan para pekerja
kebun teh.
Lalu...angkutan bersiap jalan..
Akhirnya, bye bye Malabar...
Ibu meong bergaya dulu.. |
No comments