Kadang
kita ini terlalu egois berpikir tentang rencana dan kewajiban-kewajiban yang
perlu dituntaskan. Berbagai hal menjadi alasan: masih banyak pekerjaan,
keuangan sedang tak baik, waktu tak tepat, dan alasan-alasan lain yang bisa
terkesan dicari-cari. Padahal badan butuh istirahat. Badan punya hak untuk
bersantai. Istilah gaulnya: ‘butuh piknik’. Setidaknya itu pengalaman pribadi 😀 Maka saat minggu lalu seorang kawan menawari untuk
bergabung, camping di Rawa Gede, aku tak butuh waktu lama untuk mengiyakan.
Persiapan pun mulai dilakukan, mendata perbekalan, berbagi tugas. Nah, salah
satunya makanan. Dan yang terlintas di benakku adalah pepes/pais ayam. Kenapa
pilihannya pepes/pais ayam?
Salah
satu yang perlu dipertimbangkan ketika kita memutuskan tinggal di alam adalah
sesedikit mungkin meninggalkan sampah. Dan sebisa mungkin diusahakan sampah
dari bahan organik. Pepes atau pais menggunakan bahan pengemas daun yang ramah
lingkungan. Pilihan jatuh pada ayam karena mudah didapatkan, harga terjangkau,
dan relatif mudah memasaknya. Aku memasak sendiri lho.. (bangga dah, padahal di
bawah aba-aba Nda Unyil 😊)Tak lupa, ayam yang dipilih untuk resep ini
adalah Ayam Dingin Segar. Proses rantai dingin akan sangat berpengaruh pada
hasil masakan. Rantai dingin sendiri adalah proses pemotongan, pembersihan,
pengemasan ayam dalam suhu kurang sekitar 4 derajat Celcius. Tapi sebelum membahas resep
pepes ayam, baiklah kuceritakan dulu dengan siapa saja aku merencanakan camping
di Rawa Gede ini.
Adalah
kawan di dunia perkucingan, Ifriya Wani aka Nda Unyil menawari untuk bergabung.
Obrolan sudah dibangun sebelumnya dengan penggagas awal lokasi camping, Lily
Turangan. Peserta tak banyak. Selain Lily, Nda Unyil, dan aku, peserta lainnya
adalah Wulan bersama dua anaknya, Jingga (9) dan Rakai (7). Obrolan berikutnya digelar
di wa grup, dari bahasan mengenai lokasi maupun pembagian tugas membawa
perangkat dan logistik. Hingga tibalah hari-H yang direncanakan. Rencana
camping persisnya tanggal 12-14 Januari 2014. Dua hari tiga malam. Berhubung
aku berangkat dari Bandung, maka aku menginap di rumah Nda Unyil di Bekasi. Dan
di sinilah si pepes ayam dibuat.
Menu Pepes
Ayam untuk bekal camping
Bahan:
Seekor
ayam (lbh kurang 800gr)
Daun
melinjo
Daun
pisang untuk pembungkus
Jeruk
nipis untuk melumuri daging
Bumbu:
Bawang
merah
Bawang
putih
Cabe
merah
Cabe
rawit
Jahe
Lengkuas
Kunyit
Kemiri
Serai
Daun
salam
Daun
jeruk
Garam
secukupnya
Cara
membuat
1.
Lumuri daging ayam dengan perasan jeruk nipis, biarkan beberapa saat. Cuci
bersih, tiriskan.
2.
Kukus ayam untuk menguapkan sebagian airnya dan agar daging lebih awet.
3.
Sambil menunggu ayam setengah matang, haluskan semua bumbu kecuali serai dan
daun-daunan. Bagi yang suka rawit utuh, bisa disisihkan sebagian.
4. Cuci
bersih daun melinjo, iris dengan ukuran sesuai selera.
5. Siapkan
daun pembungkus. Ambil selembar daun salam untuk menjadi alas. Letakkan
potongan ayam di atasnya, tambahkan bumbu halus. Di atas bumbu taburi irisan
daun melinjo, daun jeruk yang disobek-sobek kecil, dan irisan serai.
6.
Kukus hingga matang
Nah, ayam dingin
segar yang telah tuntas diolah menjadi pepes itu biarkan dingin untuk dibawa
dalam perjalanan esok harinya. Untuk mengkonsumsinya, tinggal hangatkan di atas
api.
Logistik
dan perlengkapan
Pepes
ayam hanya salah satu dari logistik kami. Bagi siapa pun yang akan camping,
pastikan tetap logistik
cukup untuk bekal selama waktu yang direncanakan. Sekedar mengingatkan,
logistik itu bisa berupa:
1. Beras dan atau
sumber karbohidrat lainnya
2. Makanan instan
seperti mie, bumbu, daging/ikan kaleng
3. Minuman seperti
kopi, teh, susu, jahe
4. Roti dan cemilan
lainnya
5. Lauk pauk yang
tahan lama seperti kering kentang
6. Aneka bumbu dapur
7. Minyak goreng atau
margarin
8. Sayur dan buah
9. Madu dan gula
merah, untuk minuman sekaligus penambah energi
10. Dll, yang
sekiranya dibutuhkan dan aman untuk dikonsumsi dalam beberapa hari
Lalu perlengkapan apa yang perlu disiapkan untuk
kebutuhan tinggal di alam ini?
Berada di alam bersama sebuah kelompok, mau tak mau musti
mengesampingkan ego pribadi. Melakukan pekerjaan secara bersama-sama dan
berbagi kewajiban membawa perlengkapan kelompok. Yang termasuk dalam
perlengkapan kelompok adalah:
1.
Tenda
2.
Matras/terpal
3.
Alat masak (kompor gas/trangia set/nesting beserta bahan bakarnya,
gas/spiritus)
4. Jerigen
atau botol besar untuk menampung air
Sedangkan perlengkapan pribadi yang perlu disiapkan:
1. Carrier
atau ransel yang kuat
2. Celana panjang kain (PDL)
3. Sleeping bag, pilih yang tipis-ringan-hangat
4. Jaket gunung, pilih dari bahan yang tahan angin dan air sekaligus hangat dan cepat kering
5. Jas hujan atau ponco
6. Sepatu, pilih khusus sepatu outdoor jika medannya sulit
7. Sandal
8. Baju ganti secukupnya
9. Sweater atau baju hangat
10. Kaos kaki dan sarung tangan
11. Alat makan dan minum seperlunya (piring, gelas, sendok-garpu)
12. Perangkat kegiatan outdoor seperti pisau, korek api, tali, senter, lampu (misal, emergency lamp), pemantik api (antisipasi kalau korek api tak berfungsi), dsb.
13. Obat-obatan pribadi, dari yang standar seperti minyak oles/urut, obat demam, obat diare, obat lambung, krim anti nyamuk, hand sanitizer, dll, dan obat-obatan penyakit tertentu yang diderita
14. Aneka perangkat mandi
15. Alat pembersih seperti lap dan tissue
2. Celana panjang kain (PDL)
3. Sleeping bag, pilih yang tipis-ringan-hangat
4. Jaket gunung, pilih dari bahan yang tahan angin dan air sekaligus hangat dan cepat kering
5. Jas hujan atau ponco
6. Sepatu, pilih khusus sepatu outdoor jika medannya sulit
7. Sandal
8. Baju ganti secukupnya
9. Sweater atau baju hangat
10. Kaos kaki dan sarung tangan
11. Alat makan dan minum seperlunya (piring, gelas, sendok-garpu)
12. Perangkat kegiatan outdoor seperti pisau, korek api, tali, senter, lampu (misal, emergency lamp), pemantik api (antisipasi kalau korek api tak berfungsi), dsb.
13. Obat-obatan pribadi, dari yang standar seperti minyak oles/urut, obat demam, obat diare, obat lambung, krim anti nyamuk, hand sanitizer, dll, dan obat-obatan penyakit tertentu yang diderita
14. Aneka perangkat mandi
15. Alat pembersih seperti lap dan tissue
16.
Sabun cuci; bisa jadi ada larangan menggunakan sabun cuci, tapi bisa disiapkan
saja
17.
Koran bekas, antisipasi hawa dingin dan bias menjadi pemancing untuk membuat
api unggun
18.
Plastik dalam beberapa ukuran; untuk tempat sampah dan pembungkus barang
19. Untuk lokasi-lokasi rumit disarankan menggunakan Treckking Poles
20. Kamera bersama baterai cadangan; untuk kamera menggunakan hp, powerbank juga akan diperlukan.
21. Kompas
22. Carabiner
19. Untuk lokasi-lokasi rumit disarankan menggunakan Treckking Poles
20. Kamera bersama baterai cadangan; untuk kamera menggunakan hp, powerbank juga akan diperlukan.
21. Kompas
22. Carabiner
Semua
barang itulah yang kami bawa menuju lokasi camping. Pada kegiatan outing, ada
pertimbangan standar berat bawaan yakni 1/3 berat badan. Jadi pastikan berat
bawaan Anda masih cukup nyaman untuk membebani punggung. Situ Rawa Gede sendiri
tak membutuhkan perjalanan kaki yang jauh. Kendaraan masih bisa menuju titik
paling dekat dengan rawa. Jalan sudah terhitung bagus. Pada dua titik ada
tanjakan dan tikungan yang curam dan tajam. Selebihnya masih bisa ditoleransi.
Rawa Gede adalah sebuah danau alami di
Desa Sirnajaya, Kecamatan Sukamakmur, Kabupaten Bogor. Beberapa objek
wisata cukup dikenal di daerah ini, seperti Gunung Batu dan Curug Cipamingkis.
Rawa Gede masih terhitung baru. Dibuka sekitar tiga tahun lalu dengan dana dari
desa dan swadaya masyarakat. Situ dikelilingi perbukitan yang hijau sejauh mata
memandang. Rawa Gede dapat menjadi alternatif bagi yang membutuhkan suasana
tenang, jauh dari hiruk pikuk kota. Bahkan jauh dari keriuhan media sosial. Tak
ada sinyal dan jaringan internet di lokasi ini. Bahkan listrik pun terbatas.
Rawa Gede berada di RT 04 RW 05 Desa
Sirnajaya. Ketua RT, Usup mengatakan, dari 100 KK di wilayahnya, baru 7 rumah
yang memiliki kwh meter. Sebagian rumah saling berbagi dengan kabel sambungan
yang dibuat sendiri, pembayaran dengan sistem berbagi pulsa token. Untuk
menghemat, penggunaan listrik pun dibatasi. Perangkat elektronik baru akan
dinyalakan pada sore hari, dan segera dimatikan pada pagi hari. Jadi, di Rawa
Gede selain menyepi juga untuk belajar bersabar 😊
Maka begitulah, siang itu, Kamis, 12
Januari 2017 kami berlima (Lily berhalangan ikut) tiba di pintu gerbang masuk
area situ, setelah melewati perjalanan sekitar 3 jam dari Cileungsi. Ditambah
perjalanan kaki sekitar 300 meter karena sopir tak berani melewati tanjakan
terakhir. Dengan membayar Rp5000 pengganti tiket masuk, kami menuju rumah Pak
RT untuk mengabari tujuan camping di sisi situ. Bagi yang tak camping, tapi
ingin menikmati pergantian hari di sini, beberapa bilik disediakan di bangunan
yang berjajar pada satu sisi situ. Cukup membayar Rp10.000 sehari ke pemilik
rumah.
No comments