Ini film lama. Sembilan tahun lalu
rilis di Indonesia, lebih lambat dua tahun dibandingkan peluncuran di negara
asalnya. Eastern Promises, film yang mendapatkan cukup banyak pujian dan
penghargaan. Aku menontonnya lebih dari sekali, menjadi bagian dari koleksi
film action di laptop.
Baca juga: Film Mafia yang Layak Tonton
Tontonan film mafia pertamaku adalah Godfather.
Mungkin ada film lain yang sebelumnya pernah kutonton. Tapi karena Godfather
memberikan kesan yang mendalam buatku, film lainnya terlewatkan begitu saja.
Saking terkesannya, beberapa tahun setelah nonton, aku menyisihkan uangku yang
pas-pasan untuk membeli box-vcd yang harganya saat itu masih lumayan
banget-nget. Di tahun-tahun berikutnya, sengaja mencari film mafia. Dan
sebagian besarnya adalah cerita tentang mafia Italia. Maka menarik ketika
menjumpai film tentang mafia negara lain. Eastern Promises kutonton sekitar dua tahun
lalu. Tanpa bekal informasi sebelumnya, aku menikmati kejutan demi kejutannya.
Cerita diawali dengan keseharian seorang
bidan bernama Anna Khitrova (Naomi Watts) yang berjumpa dengan seorang remaja
yang tengah hamil tua dan mengalami pendarahan hebat. Sang bayi berhasil
diselamatkan, tapi tidak dengan ibunya yang kemudian diketahui bernama Tatiana
tersebut. Kematian Tatiana yang diduga karena diawali oleh pristiwa tak wajar,
memunculkan pertanyaan buat Anna. Terlebih setelah ia menemukan buku harian
Tatiana. Rasa ingin tau membawa Anna berkenalan dengan dunia kejahatan Rusia,
hal yang tak pernah terpikirkan sebelumnya. Anna memiliki darah Rusia, tapi ia
tak menguasai Bahasa Rusia. Pamannya, Stepan (Jerzy Skolimowski) yang
tanpa ijinnya membaca buku tersebut, melarang Anna untuk mencari tahu ikhwal
Tatiana. Kesal karena sang paman melanggar privasi, Anna tak mau mendengar
saran tersebut. Selain itu, ia memang terdorong untuk menemukan keluarga
Tatiana, demi menyerahkan sang bayi pada pihak yang berhak. Kalau tidak, bayi
akan diserahkan kepada negara.
Baca juga: Honest Thief, Saat Aktor Gaek Asik Beraksi
Sebuah jejak ia temukan dalam buku harian
Tatiana: kartu nama. Lembaran kertas kecil itu membawanya pada Semyon (Armin
Mueller-Stahl), pemilik restoran Rusia. Semyon ini kemudian diketahui
sebagai pemimpin mafia Rusia bernama vory v zakone. Di rumah inilah Anna
berjumpa dengan Nikolai Luzhin (Viggo Mortensen), anggota mafia yang sebetulnya
agen KGB sekaligus informan untuk
pemerintah Inggris. Kisah mafianya sendiri sebetulnya tak jauh beda dengan yang
pernah dimunculkan di film-film lainnya. Ada pembunuhan, women trafficking,
dan perdagangan illegal lainnya. Yang menarik adalah detil yang ditampilkan
masing-masing peran. Bicara soal peran, semua sosok terperankan dengan baik. Namun
nama Mortensen paling banyak disebut. Mortensen yang memerankan sopir keluarga
Semyon bos mafia Rusia di London, dinominasikan sebagai aktor terbaik di aneka
ajang penghargaan, seperti Oscar, British Award, British Independent Film
Award, Critics Choice Award hingga terpilih sebagai People`s Choice Award dalam
Toronto International Film Festival.
Mortensen kabarnya memang serius
mendalami perannya. Bahkan untuk mengetahui perihal tato, ia merasa perlu untuk
belajar langsung pada seorang spesialis mafia Rusia, Gilly McKenzie. Karena
buat mafia, tato bukan semata gambar. Tato adalah kisah hidup, apa yang sudah
dilakukan. Misalnya tato di tubuh Nikolai.
Ada gambar gereja dengan dua kubah di bagian punggungnya yang artinya ia telah
dua kali dihukum; ambar tengkorak melambangkan pengalamannya membunuh; bintang
di bagian lutut memiliki arti ia tak tunduk pada siapa pun; dan sebuah tato di
lengan yang bertuliskan ‘jangan percaya, jangan takut, dan jangan bertanya’.
Tato tersebut tampaknya sangat ‘hidup’ di tubuh Mortensen
hingga konon sempat menakuti pengunjung restoran. Hingga Mortensen perlu membuat pengakuan jika tato itu
hanya untuk perannya di film. Hal menarik lain dari Mortensen adalah ia
bukan orang Rusia, namun sukses memunculkan aksen Rusia yang cukup kental.
Tak ada dar-der-dor di film
ini. Tak ada kekerasan? Tentu ada. Namanya juga film mafia. Garing amat tak ada
kekerasan ya 😝 Terlebih bagi film garapan David Cronenberg. Sutradara yang
dikenal lewat film History of Violence ini tentunya tetap menampilkan adegan
kekerasan, tapi kali ini bukan senjata api yang digunakan melainkan pisau. Dan
buatku itu lebih menyeramkaaan! Tapiiii, ini film yang menarik untuk ditonton.
Jadi, buat yang belum nonton, selamat nonton 😊
No comments