Hari ini, dua
tahun lalu, Naga Chan menyeberang ke jembatan pelangi. Ya, hari itu Minggu, 19
November 2017, kucing kuning/oren itu pergi untuk selamanya. Rasanya seperti
kehilangan separuh jiwa. Naga Chan bukan sembarang kucing. Dia kucing yang ‘bisa
berbicara’.
Aku membuat
personifikasi seekor kucing menjadi sosok yang berkawan dengan manusia di
jejaring media sosial Facebook. Menggunakan akun Namaku Naga (sekarang dipegang
anak meong yang lain, Cicin). Ia dianggap sebagai kepala keluarga Rumah Kucing
Cikoneng aka Rumah Ronin. Kucing-kucing yang beda umur di atas 2,5 tahun
menyebutnya ‘Om Naga’. Aku sendiri memanggilnya Aa Naga. Akun yang awalnya
hanya untuk lucu-lucuan di antara sesama kawan-kawan cat lover akhirnya sungguh
hidup. Perkawanannya pun berasa nyata. Banyak yang lantas seperti saudara. Tak sedikit
yang mengaku sebagai fans Aa Naga. Hal-hal yang kubagikan sekadarnya, ternyata
memunculkan kesan tersendiri buat teman-temannya Naga. Istilah-istilah yang aku
sendiri sering tak ingat, malah diingat baik oleh mereka.
Naga Chan
punya jargon: Pemuda Meong Harapan Bangsa. Kalimat ini kulihat diadopsi oleh
beberapa kawan dengan istilah yang berbeda. Waktu kedatangan dua bersaudara,
Ronin dan Maiku, dia menyebut bayi-bayi itu dengan istilah cebong. Ini pun
banyak dipakai untuk pengistilahan anak kucing. Aa Naga sudah pakai istilah itu
sebelum dunia politik riuh dengan cebong-kampret 😂 Sebaliknya, ada hal-hal
yang ditempelkan teman-teman Naga yang juga terus bertahan, seperti Kades
Cikoneng. Ya, anak lanangnya ibu ini dianggap sebagai kades 😀
Tapi, Naga
Chan istimewa bukan semata karena dia jadi sosok di FB yang benar-benar hidup. Dalam
keseharian, dia memang istimewa. Umur dua bulanan dia dibawa emaknya ke rumah,
bersama saudaranya. Anak yang manis. Ketika kakaknya belum umur setahun sudah
beger lalu pergi dan tak kembali, Naga kecil bertahan di rumah saja. Menemani ibu.
Kalau kemudian aku menempatkan dia sebagai kepala keluarga, karena memang dia
layak dituakan. Dia paling ngemong. Bukan kucing yang ramah sama manusia. Cenderung
jutek malah. Tapi dia baik kepada semua kucing di rumah. Tak sekali pun menunjukkan
sikap permusuhan kepada kucing lain. Kalau ada pendatang baru, dia langsung mau
terima. Sampai hari ini aku belum menemukan kembali kucing dengan karakter
seperti Aa Naga ini.
Ikuti aneka cerita kucing di rumahronin.com
Om Naga dan keponakan baong, Menik |
Om Naga dan Cicin |
Cici, waktu masih jadi anak jalanan..makan ditungguin Om Naga |
Ikuti aneka cerita kucing di rumahronin.com
Aa Naga yang
istimewa, menginspirasiku untuk menuangkannya dalam buku. Sudah jauh-jauh
hari merencanakannya. Bahkan sebelum si Aa pergi. Tapi karena rutinitas yang
demikian menjebak, rencana itu terbang begitu saja. Baru terealisasi pada
Desember tahun lalu, setahun setelah Naga Chan meninggal. Bagi kawan-kawannya
Naga, buku itu adalah sarana mengenang. Buatku, catatan untuk mengekalkan
ingatan. Ingatan akan seekor kucing kuning ganteng kesayangan.
Wah,keren. emang ya kalau penulis hebat itu, kucing aja bisa jadi inspirasi.
ReplyDeleteCeritanya inspiratif banget.aku juga punya banyak kucing di rumah dan selalu nangis bila ada kucing yang pergi untuk selamanya.
ReplyDeleteBuku Dongengan Naga sampai sekarang masih tetap saya simpan. Setiap dibaca lagi, selalu banjir air mata. Padahal kenal Aa Naga hanya lewat dunia maya. Apakah karena perasaan kita CL yang lebay aja ya? entahlah. Aa Naga menginspirasi saya supaya lebih memperhatikan dan merawat anabul saya di rumah dengan kasih sayang yang tulus dan ikhlas. Seolah setiap dengkuran mereka saat dipelukan saya, saya pun bisa merasakan pelukan Aa Naga.
ReplyDeleteMasya Allah, sayang sekali pada kucing-kucing, ya. Ikut senang kalau mengetahui cerita para penyayang kucing. Karena saya tak bisa melakukannya. Lebih sering gemas, pada kucing karena sering mencuri ikan meski sudah diberi makan. Setidaknya, saya senang ada yang sayang pada mereka. Karena aslinya saya jga prihatin dengan kucing2 liar itu.
ReplyDeleteMungkin karena saya lebih cocok bertanam.
Wah ini inspiratif sekali. Dari seekor kucing aja bisa jadi sebuah buku dan beragam karya komik2 dan meme lucu ala kucing.... hihihiii telaten banget sih
ReplyDeleteSalut padamu Mbak, kucing kesayangan bisa menginpirasi ke banyak hal. Semoga kenangan akan Naga Chan akan tetap tersimpan hati semua yang pernah mengenalnya
ReplyDeleteCeritanya mengisi inspirasi banget Kak Benar banget Kak saat kita memiliki hewan peliharaan dan pergi untuk selamanya itu mempunyai kenangan sendiri untuk kita
ReplyDeleteaku ada kucing oren kak, tapi suka gigit karena masih anak-anak sih. Kalau tidru harus berbantal kaki baru mau tidur. Kalau gak gitu harus nyender badan baru bisa tertidur dia
ReplyDeleteKupikir naga chan itu komik... Trnyata kucingwkwk...
ReplyDeleteBagus y si kucingnya.. Bersiih
Naga Chan pasti senang banget di sana ya kak. Salut sama kasih sayangnya Kak Dhe ke kucing-kucingnya. Saya pribadi kadang merasa gagal ngerawat kucing, udah berapa kali pelihara dan akhirnya mati juga :( Gak tahu salahnya di mana :(
ReplyDeletemakasiiih.. kenapakah kucingnya? miaranya dari umur berapa?
Deleteturut berdukacita ya kaaak. yaAllah gemes banget padahal naga-chan teh :"). tapi keren, kakak bisa bikin buku terinspirasi dari naga chan
ReplyDeleteiya, legacy of aa naga ^_^ tq
DeleteUuunnchh, lucu banget sih Naga Chan, unyuu! Yang punya juga hebat, bisa motret naga chan dalam berbagai ekspresi. Sedih banget ya mbak rasanya kehilangan hewan peliharaan, huhu
ReplyDeleteiyaaa.. soalnya mereka adalah anak, bukan hanya hewan peliharaan ^_^ makasih..
DeleteGitu ya Mbak rasnaya kehilangan piaraan? Saya belum pernah piara binatang soalnya. Jadi belum tau. Itu kadesnya bagus babget bulu sekitar wajahnya
ReplyDeletemungkin perlu dicoba memelihara sesuatu ^_^
DeleteNama yang bagus untuk kucingnya, NAGA.
ReplyDeleteKucing di gambar pertama cantik sekali
makasiiih
DeleteAku dulu juga punga kucing namanya Ken tapi pas mamaku lahirin adek bungsuku kucing itu di pindahin titip ke orang tapi sedih karena hilang,dulu suka tidur sebelah aku pas aku lg tidur
ReplyDelete