Otoritas Jasa Keuangan (OJK) tahun lalu pernah menyebutkan tingkat literasi keuangan kita mencapai
sekitar 30 persen dari total penduduk Indonesia. Angka ini dianggap telah mengalami peningkatan
dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Padahal kalau ditilik dari angkanya, artinya
yang belum melek literasi masih di kisaran 70%. Naaah, termasuk yang manakah
Anda, yang 30 atau 70 persen?
Kalau aku sih, menganggap diri
sendiri cukup baik dalam menata keuangan. Awalnya mungkin karena dipaksa keadaan,
lantas menjadi terbiasa. Dari masa kuliah dengan kiriman dari orang tua yang
pas-pasan, mau tak mau mencari tambahan, baik beasiswa maupun pekerjaan
sampingan. Hemat dan tidak boros karena tahu betul perbedaan keinginan dan
kebutuhan. Pun ketika sudah bekerja dengan penghasilan yang pas-pasan, tetap berusaha
keras menyisihkan 30% dari penghasilan untuk ditabung. Umur 29 mengambil
rumah melalui KPR. Sudah lunas, dan kutinggali sampai sekarang. Memang cukup
lama waktunya, 15 tahun. Dari belum menikah, hingga sekarang belum menikah
juga sih 😂😂😂
Kenapa dalam hal keuangan ini aku begitu ‘ngotot’, karena menyadari aku ini sosok yang ‘biasa’. Mahasiswa biasa,
lalu menjadi pekerja biasa. Dalam arti bukan tipe sosok cemerlang yang bisa
menghasilkan rupiah dengan kecerdasannya atau dari kreativitasnya. Aku juga
tak mungkin mendapatkan warisan harta melimpah dari orang tua. Artinya? Ya segala
sesuatu harus diusahakan sendiri. Dan semua itu berangkat dari pengaturan keuangan
yang tepat. Makanya senang sekali saat dapat ajakan untuk hadir di talk show finansial
yang digelar Home Credit Indonesia. Buatku pribadi acara ini menjadi ajang recharge
dan tambahan pengetahuan terutama setelah nyemplung sebagai pelaku
UMKM.
Berlangsung di Paberik Kopi Upnormal Coffee Roasters, Jl. Cihampelas, Bandung, talk show #FUNancial bertajuk Start-up
Smart, Financial Tips for Turning Your Hobby Into A Business
menghadirkan dua pembicara. Financial Planner, Dipa Andika yang didapuk sebagai
pembicara utama, bersama Owner Whatravel Indonesia, Muhammad Takdis sebagai
pembicara tamu. Home Credit Indonesia sendiri adalah perusahaan pembiayaan multiguna
yang memberikan layanan pembiayaan bagi pelanggan yang berbelanja secara online maupun offline. Lebih lengkap tentang Home
Credit bisa cek di sini. Dan seperti dituturkan perwakilan Home Credit, Freya Pradieta, program #FUNancial #YangKamuMau ini adalah upaya mereka untuk mengajak
generasi milenial lebih melek soal finansial. Belajar finansial dengan cara yang fun. Upaya ini tampaknya cukup berhasil, karena sebagian besar peserta yang hadir adalah generasi milenial. Tak kurang dari 200 peserta yang hadir antusias menyimak paparan para pembicara.
Beberapa hal yang digarisbawahi Dipa
antara lain:
1. Untuk memulai bisnis, yang penting
kerjakan dulu yang disuka. Bukan berangkat karena cari duit. Mengapa? Karena itu
bisa menjadi beban.
2. Memisahkan keuangan pribadi dan
bisnis. Usahakan untuk masing-masing memiliki akun bank sendiri, tidak
bercampur.
3. Pencatatan cashflow, income,
dan outcome. Tanpa itu, sulit untuk melakukan evaluasi. Apakah bisnis
berjalan baik, mandeg, jangan-jangan sudah mengalami kemunduran atau
bahkan bangkrut.
4. Dokumentasikan segala aktivitas terkait
keuangan, seperti kontrak, quotation, invoice, kwitansi, bukti potong pajak, bahkan
bukti komunikasi. Paling tidak tersimpan dalam kurun waktu 5 tahun.
Dari poin-poin yang dibagikan Dipa,
sepertinya baru poin pertama yang sudah terlaksana. Poin berikutnya: lapuuuuur 😓😓😓 Tapi sungguh, poin-poin itu memang harus dilakukan kalau berharap bisnis
ingin berjalan dengan baik. Ini akan jadi PR buat kulakukan ke depan. Lha Takdis
saja manggut-manggut dapat penjelasan dari Dipa, apalagi saiyah yang ‘usaha’nya
belum ke mana-mana..
Takdis, atau nama lengkapnya Muhammad
Takdis ini telah memulai bisnisnya dari tahun 2009. Berangkat dari kegemarannya
travelling. Kegemarannya yang harus dibayar mahal, DO dari kampusnya di
bilangan Setiabudi, Bandung. Tapi hasil yang didapatnya kemudian juga
setimpal sih. Sukses! Tak serta merta memang. Diawali dari memproduksi aneka
perangkat untuk travelling, berhasil dengan baik. Lalu mencoba peruntungan di coffee shop, sempat
menjajal food court, dll. Tapi yang kemudian bertahan hingga kini adalah yang
berkaitan dengan travelling. Saat ini ia telah Open Trip 87 destinasi, membuat
mini hostel dan cluster sebagai pelengkap.
Takdis mengakui tak ada pencatatan
yang baik saat membuka coffee shop. Ditambah dengan penjualan zero karena alasan
perkawanan alias gratis.
Menurut Dipa, dalam bisnis harus
tetap ada batas yang jelas. Bahkan penting untuk ‘menggaji diri sendiri’. “Tetapkan
tanggal penggajian yang sama. Catat dengan detil termasuk angka-angkanya. Ini bukan
hanya demi administrasi yang baik, tapi penting juga jika ada kerjasama dengan
pihak luar. Menunjukkan kalau usaha kita dalam kondisi stabil,” tandas Dipa. Catatan
bisnis sebaiknya juga dibuat detil, seperti catatan harian, mingguan, bulanan,
tahunan, dst.
Hal penting lain dalam berbisnis
adalah menetapkan rencana jangka pendek dan jangka panjang. Sayangnya, menurut
Dipa, banyak orang yang terjebak dalam pengaturan keuangan yang impulsif. Akan sulit
jika memutuskan untuk terjun ke dunia bisnis. “Jangan katakan ‘gimana nanti’,
tapi ‘nanti gimana’?” Di situlah pula dibutuhkan investasi.
Tujuan investasi sendiri ada banyak
ragam. Di antaranya:
- pensiun
- sekolah anak
- aset
- liburan
- dst
Dipa melengkapi paparannya dengan contoh-contoh.
Mudah dan bisa dicoba para peserta. Misalnya keinginan untuk berlibur. Biaya
berlibur tahun ini ditambah dengan inflasi dari kurun waktu hari ini hingga
tahun rencana realisasi. Hitungan itu berlaku untuk aneka rencana investasi
lainnya.
Lalu Takdis menanggapi rencananya
yang bikin peserta talk show berseru ‘wow’. Yup, dia merencanakan memasuki usia
30, yang notabene tahun depan, untuk mendepositokan uang sejumlah 2M, dengan harapan ia
hanya akan mengambil bunganya saja. Bisa dibayangkan kan seberapa sukses bisnis
yang digarap anak muda ini?
Yang merasa punya mimpi seperti
Takdis, kenapa tidak? Atau mengikut jejak Dipa yang sukses dengan HaHaHa Corp-nya. Tapi yang bisnisnya biasa-biasa pun masih bisa
didongkrak dengan upaya terus menerus plus sikap disiplin terkait rencana dan
pencatatan seperti yang diingatkan Dipa.
Thanks to Home Credit. Dan sukses untuk semua pelaku UMKM
Indonesia!
Perlu ya ikut nampang? Ya dong! 😀 |
Ini acaranya keren sekali, Mbak Dhenok. benar-benar fun, tapi sangat berbobot. Tapi mulai cara mengatur keuangan, sampai soal memulai usaha, dan berinvestasi.
ReplyDeleteSaya suka tuh 4 poinnya, terutama yang pertama, mulai usaha karena suka, jangan memikirkan cari uang, karena nanti akan jadi beban.
Ini berlaku juga dalam dunia menulis dan ngeblog. Menulis atau ngeblog saja karena suka, jangan karena mencari uang. Soalnya nanti pas waktunya, akan ada penghasilan juga dari nulis atau ngeblog hehehe.
oiya, bicara soal ngeblog.. saya dulu mulai dari zaman multiply lalu wordpress. semuanya semata untuk dokumentasi aja dan biar kemampuan menulisnya ga ilang. baru akhir2 ini aja karena ketemu temen2 komunitas blogger, mulai ikut 'diduitin' hehe
DeleteIni penting banget loh, khususnya bekajar investasi untuk pensiun, cita-cita banget nih, agar nantinya setelah tua, tidak perlu merepotkan anak-anak, makanya kudu mengatur keuangan dari masa sekarang :)
ReplyDeleteBener banget mbak. AKu dulu bingung mau nyoba usaha jadi IRT yang produktif. Nah, point pertama kerjakan dulu yang disuka, jadi kemarin sempat jualan buku dan sekarang ngeblog. Memang ngerjain yang disuka bikin kita menjalankannya jadi tidak terlalu banyak beban.
ReplyDeleteNah ini dia, membuka usaha harus berdasar apa yg kita suka. Biar enjoy menjalaninya. Noted nih, pengem mulai usaha juga, ga jauh2 dari kuliner. Karena hobi saya makan. Hehe..
ReplyDeleteLucu ya acrnya ya,, #Funincial #YangKamuMau buat milenial agar melek literasi keuangan. Sangat berfaedah ini, sebab kl milenial gak pinter ngatur duitnya khawatir bakal mengalami salah langkah di masa depan
ReplyDeleteAku seneng banget ke acara financial gini karena dapat ilmu baru. Tapi tetep ya kunci keberhasilan financial itu harus disiplin dan dijalankan bukan hanya teori aja wkwks.
ReplyDeleteJadi melek nih dalam berbisnis dan juga merencakan keuangan di masa depan. Seru juga nih talkshownya, bermnafaat banget juga ilmu keuangannya dan bisnis.
ReplyDeleteBener penting banget mempelajari bagaimana mengelola keuangan. lebih baik lagi kalau belajar mengatur keuangan itu sudah dimulai sejak masih anak - anak.
ReplyDeleteWuaw keren banget sih Takdis. tajirnya makin tajir saat dia mau deposito sampai 2M itu
ReplyDeleteuwaaaa tabungannya kereeeeeeen
Wah ceritanya menginspirasi ya Kak. Kak mau tanya, menurut kakak apakah seorang instrover yang pendiam, sulit bersosisalisi, nggak punya banyak temen bisa suskses jugakah berbisnis atau berinvestasi gitu? Soalnya suami aku introvert sedangkan bisnis juga perlu membangun banyak link ya
ReplyDeleteTapi aku maunya ya lulus kuliah ya bisnis sukses hahaha :D
ReplyDeleteKatanya emang sebaiknya usaha tu sesuatu yang kita sukai ya, misal suka kosmetik bisa mulai jd MUA, suka gambar bisa buka jasa desain grafis dll.
Tapi ya kudu konsisten dengan ngatur uangnya, sebaiknya usaha dipisahkan dr keuangn pribadi. Nice sharing thanks mbak :D
You onliy live once but if you do right one is enough. Setujuuu dan tersentil aku. Event yang seru ya Mbak. Belajar finansial itu perlu apalagi dengan cara yang fun bersama Home Credit ini
ReplyDeleteLiterasi finansial gini yang sangat saya tunggu. Pengen ada di dekat rumah gitu. Ilmu yang satu ini amat sangat penting. Harus dikuasai agar saat mengelola keuangan keluarga, kita tidak salah data atau salah mengaturnya sampai menjadi minus. Bahaya banget
ReplyDeleteSerub yak acara dari Home Credit ini. Jadi tau step2 dan langkah dlm berbisnis dan cara antisipasinya..belajar finansial memang penting sekali. tanks infonya
ReplyDeletehttps://www.ngopisetengahgelas.com
Saya sepakat banget sama mbak Dhenok. Saya juga sama, hanya orang biasa yang mengandalkan kerja keras untuk bisa mendapat penghasilan yang lumayan hehhee. Tapi bisa kalau diatur dengan benar. Btw, acaranya bagus banget ya. Mudah mudahan makin berkembang UMKM di Indonesia dan bisa naik level terus
ReplyDelete