Saat ini kita tengah menghadapi pandemi COVID-19. Catatan per hari ini (21/12/2020) pasien meninggal dunia sudah melewati angka 20 ribu, dan kasusnya sudah tersebar di 34 provinsi di tanah air. Bandung juga masih masuk zona merah. Syukurlah, Vaksin Virus Corona sudah siap ya. Yuk kita cari waktu untuk melakukan vaksinasi.
Nah, bicara kaitan virus dengan penyakit lain, diabetes menjadi satu penyakit yang jika terpapar COVID-19 berisiko mengalami gejala berat dan tak cukup melakukan karantina mandiri alias harus dalam penanganan tenaga medis secara khusus atau perawatan di rumah sakit.
Seram kan?! Eh ini bukan nakut-nakutin loh..
Yuk berkenalan dengan diabetes!
Diabetes merupakan penyakit kronis yang terjadi saat tubuh tidak dapat menggunakan insulin secara efektif, atau pankreas tak cukup memproduksi insulin. Gejala umumnya adalah kadar gula yang berada di atas normal. Pada diabetes tipe 2, tubuh tidak efektif menggunakan insulin yang berakibat pada kekurangan insulin. WHO mencatat, sebanyak 450 juta orang mengidap diabetes dan 90 persen dari angka tersebut merupakan diabetes tipe 2. Sedangkan data Kementerian Kesehatan Indonesia menunjukkan, pada 2018, di tanah air tercatat tak kurang dari 15-17 juta orang menderita diabetes.
Ibu saya didiagnosis diabetes pada tahun 2000. Secara berkala ia melakukan pemeriksaan darah, berkonsultasi pada dokter spesialis penyakit dalam, menghindari makanan-makanan yang berpotensi meningkatkan kadar gula darah, berolah raga ringan, dan melengkapi dengan ramuan tradisional untuk meningkatkan kebugaran. Kondisinya naik turun, hingga akhirnya terjadi beberapa komplikasi. Terakhir, setelah serangan stroke keempat, ibu menyerah. Berpulang pada 2013.
Kalau saya lumayan familiar bicara soal diabetes, selain karena pengalaman memiliki orang tua diabetisi juga karena selama beberapa tahun menjadi koordinator sebuah program talkshow radio bersama para dokter di rumah sakit pemerintah dan swasta di Bandung. Tapi di masa kini, informasi lebih mudah diperoleh. Lewat search engine, bisa kita temukan aneka artikel pendukung. Atau cari website/aplikasi tepercaya untuk mendapatkan penjelasan sekaligus solusi. Aplikasi Halodoc misalnya, yang selain menyajikan aneka informasi berupa arikel, juga menyediakan ruang untuk bertanya langsung kepada ahlinya. Para profesional yang dilibatkan memberikan jawaban sesuai keahliannya. Dalam kasus diabetes misalnya, selain solusi medis juga akan diberikan saran terkait dengan makanan-minuman yang baik dan sebaliknya tak boleh konsumsi, diet yang tepat dan sebagainya.
Halodoc sendiri adalah aplikasi kesehatan dari sebuah perusahaan rintisan yang didirikan oleh Jonathan Sudharta pada 2016 lalu. Berbagai kemudahan bisa didapatkan melalui website atau aplikasi ini, dengan aneka fiturnya. Cukup melalui gawai kita bisa melakukan chat dengan dokter, membuat janji pertemuan, cek laboratorium, bahkan mendapatkan saran pembelian obat untuk penyakit-penyakit yang tak perlu dilakukan penanganan khusus. Selain itu tersaji pula aneka artikel yang dapat menjadi informasi awal atau rujukan. Termasuk detail soal diabetes, bisa cek langsung Halodoc lewat aplikasi maupun website resminya.
Nah, kita bicara soal pencegahan saja yang bisa kita lakukan ya..
Bagi
saya, dan siapa saja yang punya orang tua diabetisi, tentu saja perlu
berhati-hati. Karena faktor genetik merupakan salah satu penyebab diabetes tipe
2. Namun yang tak kurang berbahayanya adalah pola hidup masa kini yang
cenderung cari yang instan dan malas bergerak. Tak heran jika diabetes tipe 2
juga tak hanya menyerang orang dewasa namun menyasar juga ke mereka yang berusia
lebih muda.
So, apa yang bisa kita lakukan?
1. Pola makan sehat
Batasi konsumsi makanan dan minuman tinggi gula, kalori, dan lemak. Sehari cukup konsumsi gula maksimal 40 gram atau setara dengan 3 sendok makan. Lebih banyak konsumsi makanan berserat, seperti sayuran, buah, dan biji-bijian.
2. Olah raga rutin
Malas? Tak boleh ada kata malas ya.. Dokter menyarankan cukup 30 menit saja sehari, menyesuaikan kondisi tubuh. Lebih lanjut bisa dikonsultasikan ke dokter. Selain membuat badan lebih bugar, olah raga dapat mencegah diabetes dengan membantu tubuh memanfaatkan insulin dengan baik sehingga tidak terjadi kekurangan.
3. Menjaga berat badan dan lingkar pinggang ideal
Untuk mendapatkan
berat badan ideal, bisa cek body mass index atau BMI. Jika berlebih, ada
kemungkinan kita mengalami obesitas yang artinya potensial terserang penyakit
kronis.
Satu hal yang
jarang dilakukan adalah mengecek lingkar pinggang.
Berikut panduannya,
4. Mengelola stres
Stress tak bisa
dihindari. Jadi yang bisa kita lakukan adalah mengelolanya. Saat stress terjadi,
tubuh melepaskan hormon kortisol yang menyebabkan gula darah meningkat. Selain itu,
makanan sering kali menjadi salah satu pelarian mereka yang tak bisa mengelola stress
dengan baik.
5. Melakukan pengecekan gula darah secara rutin
Untuk poin terakhir ini, biasanya
dokter memberikan saran bagi mereka yang berusia di atas 40 tahun, memiliki riwayat
keluarga diabetisi, gangguan jantung, tekanan darah tinggi.
Mari jaga kesehatan, dan tetap bahagia ya.. Biar badan lebih bugar, kualitas hidup lebih baik, dan memberikan manfaat bagi semua makhluk di sekitar kita. #selfreminder
Iih ngeri juga ya mbak. Hingga 25% pasien COVID-19 adalah diabetisi dan jika mengalami gejala yg berat tidak cukup melakukan karantina mandiri.
ReplyDeleteSemoga Seluruh Mahluk Hidup Berbahagia
kang syahri jaga kesehatan ya.. bareng nyonya dan si kecil
DeleteAbahnya Nona Manis tu ada potensi diabetes. Kalau pola makannya nggak dijaga gula darahnya tinggi.
ReplyDeleteMasalahnya, beliau tu kadang diminta olahraga pun susah. Padahal olahraga kan bisa mencegah diabetes. Iya kan kak?
ajakin lg olah raga yg ringan2. dan makanan yg ngaruh banget. inget ibu duli kabita sm yg makan mangga. nyobain bbrp iris aja dah langsung naik gula darah.
DeleteBener sekali penjelasan mengenai diabets soalnya dulu aku jg merawat ayahku yang diabet juga. Olahraga dan mengecek kadar gula darah rutin itu harus sering dilakukan ya supaya terkendali
ReplyDeleteayahnya sekarang gmn, mbak?
DeleteDi masa seperti ini kelola stres memang diperlukan ya, mengingat keadaan yang belum berangsur kondusif dan ekonomi yang belum stabil
ReplyDeletemari berusaha tetap bahagia yaaa 🥰
DeleteSejak pandemi ini lho Mbaaa, stresku makin menjadi-jadi hiks.
ReplyDeletesekarang mau lebih hepiiii ah
mau rajin olahraga/yoga/zumba jugaakkk
ayoooo jangan keterusan stres. aku berusaha lbh ikhlas. ni pandemi jg ngaruh ke kerjaan. yo wis, jalani aja. kan katanya, pintu satu tertutup, masih ada pintu lain.
Deletesehat2 yaaaa.. eh aku jg target musti olah raga taun depan 😃
Nah ini penting pola hidup sehat di masa pandemi, jaga keluarga kita semoga sehat berkah selalu
ReplyDeleteamiiin
DeletePaling takut saya ngalamin stroke
ReplyDeleteKarena sebagai penderita kita ga bisa apa apa
Orang di sekeliling kita jadi susah
Eniwei saya sangat terbantu adanya Halodoc
Kaya sekarang lagi diare, untung Ada Halodoc dengan informasinya
saya mah boro2 stroke, vertigo aja nyerah. kalo migren masih bisa sambil ngapa2in.. vertigo mah bener, ampun. tepar. semoga ga kambuh2 lg.
Deleteambu sehat2 juga ya
Aplikasi ini emang cocok banget deh selain bisa update info bisa konsul juga ya
ReplyDeleteIyes. Setidaknya info awal sebelum pemeriksaan lebih detail
DeleteYa ampuuun ... jadi ingat tahun ini belum cek darah. Biasanya tiap bulan Desember. Ndilalah ini kok ya pas Desember saldo lagi ramping sekali :D
ReplyDeletengepasin pertambahan umur ya. kl aku pas ultah, minum obat cacing 😂
Deletemau cek darah, dari sejak masih aktif kerja dg duit rada longgar sampe sekarang miskin kering kerontang, ga jadi aja 😅
Semua penyakit memang brawal dari gaya hidup, pola hidup ya mba. Selama pola hidup yang diterapkan baik, insya Allah akan sehat. Tapi masa pandemi ini,rasanya berat badan nambah terus,hehehe
ReplyDeletemau dong tips nambah berat badan hehe.. mau nambah dua kilo aja susah banget akutuuu
Delete