Hari Buku baik skala nasional maupun internasional selalu jadi pengingat buatku, untuk kembali membaca. Rutinitas dan skala prioritas seringkali bikin kita kehilangan kesempatan untuk membaca buku. Membuat target baca, sudah. Jadwal baca, sudah. Aneka macam pengingat, sudah. Tapi, selain skala prioritas yang lantas menghabiskan lebih banyak waktu, juga godaan besar memakai waktu untuk memelototi gadget. Yang punya pengalaman sama, angkat tangan! 😀
Baca juga: Siapa Go Tik Swan di Google Doodle
Maka begitulah. Meski tak ikut membuat perayaan khusus, namun dengan adanya hari-hari yang dijadikan peringatan semacam ini, termasuk Hari Buku Nasional ini menjadi pengingat: yuk, baca buku lagi yuuuuk! Tak terhitung berapa ratus buku dalam tumpukan yang belum terbaca, bahkan bisa jadi belum tersentuh sama sekali. Ratus loh..bukan puluh lagi jumlahnya. Begitulah. Ibu meong sudah putus urat syaraf belanja, kecuali..buku :D Masih jadi book hoarder!
Bicara tentang hari buku, peringatan di Indonesia dimulai pada 17 Mei 2002. Pencanangan tersebut, tentu saja disertai harapan terjadinya peningkatan minat baca dan tulis masyarakat. Tahun ini menjadi peringatan ke-19. Di angka yang sudah terbilang cukup matang itu, bagaimana dengan minat baca masyarakat yang diharapkan?
Central Connecticut State University pernah merilis hasil survei minat baca di sejumlah negara, pada Maret 2016. Indonesia berada di posisi 60, hanya kedua dari posisi paling bawah. Artinya, minat baca di Indonesia masih sangat rendah. UNESCO bahkan menyebutkan minat baca Indonesia memprihatinkan. Perbandingannya, 1:1000. Seperti data yang dibagikan Tirto online, temuan lain yang lebih miris adalah yang dirilis Word Bank. Laporan World Bank pada 2018 menyatakan, sebanyak 55% persen penduduk Indonesia yang rutin membaca mengalami buta huruf fungsional. Apakah itu? Istilah tersebut mengacu pada pemahaman yang tidak memadai. Rutin membaca pun tak lantas berarti punya pemahaman atau pengetahuan baru. Ditambah lagi jika bacaannya adalah informasi di media online yang banyak menyajikan judul-judul clickbait. So, PR kita banyak yaaa..
Baca juga: Koprock, Bisnis Kopi Di Tengah Pandemi
Fakta lain yang menarik adalah, ternyata judul buku baru terus mengalami kenaikan pada tiap tahunnya. Meski angkanya masih jauh di bawah China yang mencapai 140.000 judul buku per tahun. Namun kalangan penggiat literasi melihat fakta tersebut sebagai sebuah perkembangan yang positif dan menjajikan.
Kita bisa memulai dengan langkah kecil dari kita sendiri dan lingkungan terkecil kita. Setidaknya seperti yang kulakukan, membuat target baru dalam membaca buku. Dan mengingatkan diri sendiri, apa yang harus dilakukan agar konsisten.
1. Baca buku yang disuka
Yes! Ini akan sangat memudahkan, terutama yang sudah lama tak menyapa koleksi bukunya. Dengan ketertarikan terhadap tema yang ditawarkan, baik itu buku teks, fiksi-non fiksi, dan jenis buku lainnya, dapat membantu membangkinkan kembali minat membaca.
2. Baca buku yang dibutuhkan
Sedang menantang diri untuk meningkatkan skill dan pengetahuan terhadap sesuatu? Selain dari aneka pelatihan dan yang ditawarkan media online, buku tentu saja dapat menjadi sumber pembelajaran. Dengan catatan, buku yang memang berkualitas dan atau direkomendasikan.
Baca juga: Pola Hidup Sehat Cegah Diabetes dan Virus Corona
3. Tentukan waktu membaca secara rutin
Penentuan ini pada awalnya mungkin menjadi semacam pemaksaan. Misal wajib membaca 10 halaman di pagi hari dan 10 halaman di malam. Mungkin akan terasa berat di saat memulai. Tapi percayalah, hari-hari berikutnya akan terbiasa. Bahkan tak hanya 10 halaman, bisa meningkat hingga 50 halaman bahkan lebih. Setidaknya ini dari pengalaman pribadi.
4. Tinggalkan gadget
Hwiiihhh memang kok yang namanya gadget dengan segala fiturnya itu godaan besar. Tontonan ini-itu, gam ini-itu, media sosial ini itu. Pada jam baca yang ditentukan, jauhkan gadget atau bahkan matikan terlebih dahulu.
Yuk yuk.. mari kita teruskan kebiasaan baik membaca. Selamat Hari Buku Nasional!
No comments