Paranoia. Istilah ini sebetulnya mengacu ke sebuah kondisi yang sudah di tahap 'penyakit', bukan semata kondisi umum kejiwaan. Barangkali hanya demi memudahkan, istilah ini dipakai untuk menjuduli film kerja bareng Mira Lesmana dan Riri Riza.
paranoia/pa·ra·no·ia/ n Psi penyakit jiwa yang membuat penderita berpikir aneh-aneh yang bersifat khayalan, seperti merasa dirinya orang besar atau terkenal; penyakit khayal
Baca juga: Gundala, Sebuah Harapan Baru Film Indonesia
Tema ini dipilih tampaknya juga menyesuaikan dengan apa yang terjadi akhir-akhir ini, baik di tanah air maupun di lingkungan global. Yup, pandemi COVID-19. Cerita terkait pandemi memang menjadi bagian dari kisah yang mengambil lokasi sebagian besarnya di Bali ini. Selain memperlihatkan kebiasaan-kebiasaan sesuai protokol kesehatan, juga tentang sang tokoh yang diceritakan keluar dari penjara karena kebijakan pemerintah di masa pandemi.
Cerita diawali dengan suasana rumah dengan penghuninya, dua perempuan, Dina (Nirina Zubir) dan anaknya, Laura (Caitlin North-Lewis). Sang ibu mewakili sosok perempuan mandiri yang disibukkan upaya mencari sumber pemasukan tambahan buat keluarga. Sedangkan sang anak, mewakili sosok milenial yang 'semau gue' namun sebetulnya memiliki kepedulian dan pengamatan terhadap sekitar. Dalam scene awal ini mulai ditunjukkan patung yang menjadi sumber masalah dalam film besutan sutradara Riri Riza tersebut.
Baca juga: The Swordsman, Adu AKting Joe Taslim dan Jang Hyuk
Dina bekerja sebagai pengelola sejumlah vila dan penginapan di Bali. Sebagai orang yang berhadapan langsung dengan pengunjung dan penyewa, Dina merupakan sosok yang manis dan bersahabat. Namun penampilan itu sontak digambarkan berubah saat seorang tamu memanggil nama aslinya. Orang tersebut bernama Rahim, yang adalah kawan Gion, mantan suami Dina. Dina panik, Dina ketakutan, Dina bergegas membuat keputusan baru.
Film kemudian bergerak mundur, menggali masa lalu Dina dan Gion. Dina yang manis dan tampak cukup percaya diri ternyata berbekal trauma dalam pernikahannya dengan Gion, sosok yang digambarkan kejam dan seorang kriminal yang tampaknya lumayan dikenal dan disegani di habitatnya. Patung antik itulah yang menjadi penghubung mereka. Sementara itu, media memberitakan tentang masa hukuman Gion yang telah berakhir. Kabar yang tentu saja membuat Dina makin panik dan bersiap memulai kehidupan baru dengan anak gadis semata wayangnya.
Baca juga: Sebelum Iblis Menjemput Jilid 2
Dari situ alur bergerak lebih cepat dibanding penceritaan di awal. Meski menurutku masih terasa lambatnya untuk sebuah film thriller. Barangkali karena memang ini debutan pertama Riri Riza di genre ini. Pun bagi Miles, yang selama ini kita lebih mengenal produksi film-film dramanya.
Secara umum, Paranoia menarik. Terlebih karena para pemeran melakukan tugasnya dengan baik. Lukman Sardi sudah lebih dulu kita kenal dengan kepiawaiannya memainkan berbagai karakter. Begitu pula dengan Nirina, yang biasanya tampil manis, kali ini terbilang sukses menunjukkan perannya sebagai perempuan dengan sejarah gelap yang memendam banyak ketakutan. Nicolas Saputra barangkali tak terlalu istimewa, dalam artian yaaa...standar dia saja. Sosok yang cool, ganteng, dan misterius. Sosok termuda, Caitlin North-Lewis, juga pas memerankan tokoh Laura. Ditambah lagi dengan penampakan dirinya yang cantik eksotis. Tubuhnya yang aduhai dengan gayanya yang sensual, tampaknya memang sengaja dimunculkan sebagai pemanis di sepanjang film.
Cerita Paranoia sendiri sederhana, tema yang sering kita jumpai di tengah masyarakat kita. Riri berhasil membangun konflik dengan baik. Meski tak terlalu bikin deg-degan, ya cukup terbangunlah suasana tegang sepanjang film. Lumayan, jika dibandingkan dengan eksekusi akhirnya. Penutup yang menurutku sungguh garing. "Hah gitu doang?" Barangkali itu menjadi kalimat yang sama yang dilontarkan para penonton film ini. Ya, sayang sungguh. Padahal masih bisa dibuat sedikit lebih rumit. Entah mengapa mereka memutuskan mengakhiri film dengan adegan yang begitu sederhana.
Ah ya, yang cukup mengganggu juga adalah detail kecil di awal film, saat Dina melindas kucing. Tak ditunjukkan jejak apa pun, yang mungkin bisa menambah ketegangan. Tapi yang lebih penting, apa korelasinya? Untuk sebuah film horor mungkin masih nyambung. Konon, memang, kita mengenal mitos tentang mencelakai kucing bakal membawa kita kepada kesialan. Entah, untuk film ini kok kayanya ngga pas ya...
Baca juga: Serendipity, Tentang Menemukan Pasangan dan Takdir
Meski begitu, secara keseluruhan, Paranoia layak tonton. Di Bandung sudah tayang sejak 13 November lalu. Konon, film ini berhasil mendapatkan empat nominasi Festival Film Indonesia 2021, yakni Film Cerita Panjang Terbaik, Sutradara Terbaik (Riri Riza), Penata Suara Terbaik (Aria Prayogi), dan Perempuan Utama Perempuan Terbaik (Nirina Zubir).
Film Indonesia (2021):Paranoia
Sutradara: Riri Riza
Produser: Mira Lesmana
Penulis skenario: Jujur Prananto, Mira Lesmana, Riri Riza
Penulis cerita: Mira Lesmana, Riri Riza
Penata musik: Aria Prayogi
Sinematografer: Teoh Gay Hian
Penyunting: W. Ichwandiardono
Perusahaan produksi: Miles Films
Tanggal rilis
8 Juli 2021 (Korea Selatan)
11 November 2021 (Indonesia)
28 November 2021 (JAFF)
Durasi: 102 menit
Negara: Indonesia
Bahasa: Indonesia
Oiyaaa... terima kasih banyak untuk kawan-kawan dari Raka FM yang sudah mengundang nonton tayangan perdana PARANOIA di Bandung 😍
Saya tidak mau baca, takut nanti alur cerita terbaca duluan saat menonton.. Tapi, melihat gambar yg ditampilkan, kesan horror dan thriller sudah muncul.. Layak untuk ditonton
ReplyDelete