Aku bukan penggemar ayam. Bahkan pada suatu masa, sempat sama sekali tak mau makan daging ayam. Ketika kemudian lidahnya bisa bertoleransi, pilihannya adalah daging ayam yang padat-liat, bukan yang gembur penuh daging. Kalau tidak ayam kampung, ya, ayam pejantan. Jenis masakannya pun kudu yang pedas. Kalau bukan sekadar digoreng dan dilengkapi sambal pedas, aku memilih masakan pedas lainnya seperti ayam taliwang, panggang ala Padang, atau masakan pedas resep khas Jawa Timur. Nah, kapan hari mencoba mengolah sendiri si ayam menjadi Ayam Bumbu Rujak, jenis olahan yang kukenal sedari kecil.
Baca juga: Lebaran dan Madu Mangsa
Ayam merupakan salah satu sumber protein hewani yang jadi favorit. Kalaupun bukan favorit, ya, yang paling gampang. Paling gampang carinya, tak perlu ke pasar atau supermaket, sekarang lapak-lapak ayam potong tak permanen banyak berdiri di seputaran komplek perumahan. Selain itu, tentu saja karena harganya yang relatif murah. Masaknya? Dapat dipastikan, gampang! Bahkan bisa tinggal dicemplungin ke bumbu kemasan, lalu goreng. Kalau enggan masak sendiri, begitu melimpah sajian ayam di warung-warung kaki lima. Yang sering jadi langgananku, ayam goreng khas Lamongan. Entah, pedagang ayam Lamongan ini jarambah pisan ya, sampai ke Bandung, ke ibukota, dan kota-kota lain di luar Jawa Timur. Kenapa kira-kira ya? Coba cek-cek di blogger Lamongan, ada soal makanan khas Lamongan.
Nah, kalau mau cari masakan yang agak spesial, memang harus keluar ekstra tenaga dan rupiah. Sangat jarang kita temukan menu ayam taliwang atau ayam panggang Padang atau ayam woku khasa Minahasa di lapak pinggir jalan. Paling tidak di kedai atau rumah makan kecil. Begitu pula halnya dengan ayam bumbu rujak. Sejauh aku tinggal di Bandung yang notabene lebih dari 25 tahun, belum pernah kutemukan ayam bumbu rujak di rumah makan. Yaaa, bisa jadi akunya yang kurang gaul. Tapi aku agak yakin memang sangat terbatas rumah makan di Bandung area yang menyediakan menu khas Jawa Timur ini. Jadi, saat terlintas pengin makan ayam, dan kangen masakan rumahan, aku mencoba mengolahnya sendiri. Jangan tanya soal rasa deh, udah pasti enak-lah! 😋😜
Ayam dan kenangan masa kanak
Bicara soal ayam, binatang satu ini kuakrabi sedari kanak. Kami memelihara ayam untuk dijual. Ayam usia tertentu, aku lupa, akan dibawa oleh ibu ke pasar. Dijual untuk dijadikan masakan. Kalau sedang butuh uang cepat, kadang ayam yang masih 'ABG' pun akan dijual. Kalau kepepet buanget, telor pun tak luput dari transaksi jual beli. Demi mencukupkan kebutuhan sehari-hari.
Baca juga: Umbi dan Cerita Masa Kanak
Ya, masa kecilku secara ekonomi sangat terbatas. Kami tinggal di sebuah rumah berdinding anyaman bambu yang biasa kami sebut gedhek atau bilik. Mungkin ukurannya sekitar 6x7 meter saja. Sudah termasuk dapur dan kandang ayam yang berada di sisi kanan rumah. Bapak sangat primpen mengurus ayam. Pagi-pagi ia akan membangunkan ayam-ayam itu, menyuruh mereka keluar bermain. Untuk memasak, kami menggunakan tungku. Abu kayu sisa pembakaran akan disisihkan oleh bapak, untuk kemudian dipakai menaburi kotoran ayam. Ditabur merata, barulah disapu, dikumpulkan, untuk dijadikan pupuk. Jadi, meski kandang ayam menyatu dengan rumah yang nyaris tanpa sekat, dapat dikatakan baunya masih sangat terjaga. Kami, yang saat itu tinggal bertujuh, dua orang tua dan lima bersaudara, masih merasa nyaman dengan kondisi tersebut.
Urusan ayam, bapak memang yang paling punya peran. Ia sinungan, istilah Jawa untuk mereka yang berbakat memelihara ternak. Perkembangbiakan ayam nyaris tanpa jeda. Ayam kawin, bertelur, menetas, tumbuh jadi anak ayam, lalu dewasa, kemudian dijual. Beberapa disisakan untuk melewati siklus serupa. Cukup membantu perekonomian keluarga untuk ukuran kampung dan saat kami, anak-anak, masih bocah. Karena begitu mulai memasuki usia sekolah yang lebih tinggi, sudah dapat dipastikan kewalahan dan mencari sumber penghasilan lain.
Tapi kisah bersama para ayam itu memang tak terlupakan. Kami kebagian ikut prosesi potong ayam. Mulai hanya memegang kepala (anak laki-laki diajari juga untuk memotong) hingga merendam ayam yang sudah dipotong ke air panas dan mencabuti bulunya. Potong ayam biasanya dilakukan kalau ada ayam yang sakit dan butuh lauk. Maka si ayam sakit pun dipotong. Dengan catatan bukan di masa wabah. Beberapa kali wabah penyakit ayam menyerang. Puluhan ayam mati. Tentu saja tidak dipotong, tapi dikuburkan. Potong ayam juga dilakukan saat ada tamu jauh yang datang. Akan selalu ada ayam yang dikorbankan.
"Belehne pitik? Masakke bumbu rujak?" Demikian biasanya pertanyaan ibu ke tamu yang datang. Maka prosesi pun dimulai. Nah, menu andalan ibu adalah ayam bumbu rujak.
Baca juga: Jelang Lebaran dan Kenangan akan Simbok Mutiah
Resep ayam bumbu rujak
Aku tak pintar masak. Seumur-umur tinggal di kampung, aku belum pernah masak ayam bumbu rujak sendiri. Maka, yang kulakukan adalah tanya ke mbah google, resep yang kurasa-rasa mirip yang digunakan ibu di masa kecil dulu.
Ini dia resep yang kupilih dengan beberapa penambahan:
Bahan:
1 ekor ayam, potong menjadi 8 atau 10 bagian
1/2 sendok makan air asam jawa
2 lembar daun salam
2 lembar daun jeruk
1 batang serai, ambil putihnya, memarkan
1 sendok teh garam
2 sendok teh gula merah sisir
500 ml santan dari 1 butir kelapa
1 sendok makan minyak untuk menumis
1 jeruk nipis
2 cm jahe, memarkan
Penyedap rasa, jika dibutuhkan
Bumbu halus:
4 butir kemiri, sangrai
12 buah cabai rawit
2 buah cabai merah besar
4 siung bawang putih
8 butir bawang merah
Cara membuat:
1. Lumuri ayam dengan perasan jeruk nipis dan garam. Diamkan 20 menit.
2. Tumis bumbu halus, daun salam, daun jeruk, jahe, dan serai sampai harum. Masukkan ayam. Aduk sampai berubah warna.
3. Tambahkan garam dan gula merah. Aduk rata. Tuangkan santan kental. Masak sambil sesekali diaduk sampai matang dan meresap.
4. Ayam bumbu rujak siap dihidangkan.
Ada beberapa variasi yang diterapkan untuk resep ini. Misalnya dengan penambahan kecap. Atau variasi kuah. Ada yang kental, encer, kuah melimpah, atau sebaliknya nyaris kering. Bahkan ada yang menjadikannya ayam bumbu rujak bakar.
Buat yang suka bakar-bakaran, tinggal memanggang si ayam di wajan anti lengket atau perangkat bakar lainnya. Kuahnya dapat dijadikan bumbu oles. Tinggal dibolak-balik hingga matang dengan tingkat kegaringan sesuai yang diinginkan.
Baca juga: Alaya, Kisah tentang Mimpi yang Mewujud, Takdir, dan Cinta
Hasil uji cobaku kapan hari belum sempurna. Seorang kawan dari Surabaya meledekku dengan, "Itu kariiii...bukan ayam bumbu rujak. Harusnya meraaah." Oke deh, catet 😁
Baiklah, buat yang memang jago masak, mohon koreksinya ya. Yang belum pernah masak Ayam Bumbu Rujak, boleh deh dicoba resepnya. Selamat masak 😍
Saya suka makan ayam, Mbak. Ayam dimasak apa saja, saya suka. Tapi rasa-rasanya, kok saya belum pernah makan ayam bumbu rujak hehehe. Awalnya, saya kira, ayam bumbu rujak ini ada buahnya, seperti ada masakan makassar yang ikan, dicampur kelapa goreng dan cacahan mangga.
ReplyDeleteWajib dicoba nih, resepnya. Biar saya tidak penasaran lagi hehehe.
Dalam bayanganku ayam bumbu rujak tu pasti ada kacang dalam bumbu halusnya. Yah, rujak kan identik dengan saos kacang. Hehehe
ReplyDeleteLebih mirip kari emang dari gambarnya. Hehehe
Aku senang makan ayam mbak
ReplyDeleteBeragam olahan ayam sudah aku coba
Kapan-kapan aku mau recook resep ayam bumbu rujak ini
Kalau merah biasanya bumbu Bali ya :D
ReplyDeleteSaya nggak tahu masak ayam bumbu macem-macem, alias malas coba juga sih wakakakak.
Saya taunya ayam tuh dimasak: Opor alias kasih santan, Soto, Sup, ayam kecap, ayam goreng bumbu ungkep, ayam goreng bumbu bawang putih, pokoknya yang nggak ribet dan banyak bumbunya :D
Kalau ayam bumbu rujak warnanya merah berarti perlu dibanyakin cabenya ya, mba. Hehe. Biar bener2 pedes khas rujak. Keliatannya enak, jadi laper nih. Hehe
ReplyDeleteAyam bumbu rujak ini salah satu olahan ayam favoritku selain ayam bumbu Bali, tp semenjak ibuku meninggal udah ga pernah makan olahan ayam favoritku ini. Karena akupun blm pernah nyoba masak ayam bumbu rujak maupun bumbu Bali. Boleh juga nih resepnya aku coba, suwun lho mbak.
ReplyDeletebaru tau namanya "sinungan"
ReplyDeletealm ayah saya juga seperti itu
sehingga banyak banget ternak di rumah, mulai ayam, kelinci, hingga bebek dan entog (manila dalam bahasa sunda)
Untung alm ibu saya pinter masak sehingga apapun hasil ternak bapak bisa dimasak dengan lezat
Favorite banget bagi saya sejak dulu hingga sekarang yaitu ayam panggang bumbu rujak. Thank you Mbak resep ayam bumbu rujaknya, jadi ntar tinggal saya ikuti langkahnya, trus saya panggang deh. Langsung ngiler saya bayanginnya.
ReplyDeleteSaya masih ikut bantu mengurusi ayam dan kandangya sampai SMP. Karena memang Jd ikutan suka. Setelah nikah malah saya yg bujuk suami buat pelihara ayam Krn kebetulan masih ada lahan yg bisa dimanfaatkan.
ReplyDeleteOhya, kalau dikeluarga saya ayam bumbu rujak biasa ditambahi sangraian kacang tanah. Ternyata enggak pun tetap bisa enak ya pedes manis asemnya
Cerita menyenangkan seputar ayam dan cara memasak ayam bumbu rujak khas Jawa Timur. Olahan ayam memang bisa menjadi beragam bentuk.
ReplyDeleteKenangan masa kecilnya mengingatkan akan masa kecil saya juga
ReplyDeleteSaya malah tinggal dengan nenek. Kalau potong ayam, rebutan satu keluarga besar. Saya paling kebagian saat pulang sekolah, hanya satu potong kecil. Padahal yg ngurus ayam itu, kasih makan, masukin kandang dll ya saya. Sedih banget pokoknya. Sekarang Alhamdulillah udah punya anak, gak sesusah saya dulu kalau mau makan dengan daging ayam. Sayangnya malah anak saya yg tidak suka, hadeuh...
Mbak Dhenok jangan marah...itu memang kurang merah kwkwkw. Kalau kubandingkan dengan ayam bumbu rujaknya ibuku sih
ReplyDeleteKalau aku bikin ga bisa seenak bikinan ibuku duh apa karena ayam waktu kecilku dibeleh dewe, piaraan sendiri juga jadi rasa aslinya ada, beda dengan ayam beli di pasar di Jakarta ya...
Mau koreksi apa dah daku, soalnya juga belum pernah bikin wkwkwk.
ReplyDeletePalingan sih yang penting rasanya aja dulu enak buat dihabiskan hehe
Kalau enak, nah baru dah dipikirkan apakah udah mirip apa belum menunya hihi
Awal pertama Kali mendengar ayam bumbu rujak kupikir dulu itu seperti Kita makan rujak mangga..
ReplyDeletepas makan Aku pun baru Tau ternyata bumbunya lumayan lengkap dn pakai Santan juga.. enakk bngt memang kak akupun suka
Biasanya kalau ayam dari hasil ternak sendiri rasanya beda yaah..
ReplyDeleteKaya lebih enakk gitu.
Aku kalau pulang ke rumah bude dari suami, suka dibelehno pithik juga dan rasanya mau dimasak apapun, lezatnyaaa~
Apalagi menu Ayam Bumbu Rujak.
Pastinya aku bakalan nambah bolak balik.
Waahh samaan nih, blom pernah masak ayam bumbu rujak juga nih Mba.. Toss aahh. Hehe. Iya, sependek yg pernah sy liat, ayam bumbu rujak itu merah, tp ini keliatan legit enak juga mbakku. Hmm mau ikutan coba2 buat ah d rumah
ReplyDeleteJadi inget jaman waktu aku kecil juga, kami pelihara ayam, begitu ada paman datang malam hari, ibu langsung sigap motong ayam dan masak gulai. Btw, olahan ayam bumbu rujaknya menggoda menggugah selera
ReplyDeleteAku sipecinta ayam. Boleh banget nih resepnya langsung cush aku eksekusi nanti. Makasi resepnya yah.. btw, baca kenangan masa kecil gini bikin pikiran ikut melayang ke kenangan sendiri.
ReplyDeleteWah panjang umur. Dari kemaren aku pengen belajar masak ayam bumbu rujak dan tahu tahu ada artikel ini. Ijin simpan resepnya ya mbak. Langsung aku praktekin. Makasih banyak.
ReplyDelete