Manifestasi ini menjadi salah satu bahasan yang mengemuka di sebuah grup yang mengusung tema spiritualitas yang kuikuti. Ternyata, topik ini menjadi salah satu yang populer di media sosial. Banyak influencer dan konten kreator yang membuat postingan terkait teknik manifestasi. Sesuatu yang sedang banyak diminati rupanya. Tapi, baiklah, aku tetap akan coba share beberapa bagian materi yang menjadi bahan diskusi kami. Dengan menulis tentunya sambil mengeja ulang apa yang sudah kubaca. Seberapa memungkinkan catatan tentang manifestasi ini dipraktekkan dan memberikan dampak bagi kehidupan.
Baca juga: Doa, Meditasi, dan Vibrasi Energi
Sebagai orang yang terhitung skeptis, soal manifestasi nyaris tak ada dalam ranahku. Tapi, belakangan hari mencoba untuk tidak menafikan kemungkinan-kemungkinan yang terbuka lebar di semesta raya ini. Lalu muali mengeja satu per satu catatan yang dibagikan oleh kawan-kawan. Special thanks untuk Mbak Putu yang sudah berinisiatif membuka diskusi.
Manifestasi dan LoA
Sesungguhnya, manifestasi bukanlah hal baru. Sejak berabad-abad lalu, praktik ini telah dilakukan oleh para ahli spiritual. Tujuannya adalah untuk mendapatkan kehidupan yang lebih memuaskan dan membahagiakan dengan mengandalkan pola pikir. Yang dimaksud pola pikir di sini adalah menjadikan sesuatu sebagai bahan pikiran untuk diwujudkan dalam kenyataan. Manifestasi adalah proses menciptakan atau membawa sesuatu dari dunia pikiran atau gagasan ke dalam kenyataan fisik. Ini melibatkan penggunaan daya pikir, perasaan, visualisasi, dan keyakinan untuk mewujudkan keinginan atau tujuan tertentu dalam kehidupan nyata.
Apa bedanya dengan LoA atau Law of Attraction (hukum tarik-menarik)?
Dapat dikatakan LoA adalah bagian dari manifestasi. Dalam manifestasi ada tindakan aktif yang perlu dilakukan. Ada banyak teknik atau metode. Tapi secara umum, metode manifestasi adalah menuliskannya, mengafirmasi, memvisualisasikan, dan dibarengi dengan meditasi.
Menuliskan. Langkah pertama manifestasi adalah menuliskan secara detail realitas yang ingin kita wujudkan. Kita hanya menuliskan hal-hal yang memang kita harapkan terjadi dan mendukung hidup kita lebih bahagia, dan menganggap hal-hal tersebut sudah terjadi.
Mengafirmasi. Melakukan afirmasi positif dapat menjadi pendorong untuk kita konsisten dalam menerapkan manifestasi tertentu. Pikiran negatif dapat menggagalkan manifestasi kita. Karenanya, proses afirmasi ini sekaligus dapat membantu kita untuk membangun energi positif. Mbak Fiona, kawan lifestyle blogger pernah membuat catatan soal gangguan kecemasan. Cek-cek deh, kalau ini menjadi salah satu hal negatif yang masih kita rangkul.
Memvisualisasikan. Ambil waktu secara khusus untuk membuat visualisasi tentang impian yang ingin diwujudkan. Lengkap dengan detailnya, misalnya saat kita memimpikan berada di suatu tempat, bayangkan detail desain ruang, furniture, aneka kelengkapan yang ada di dalamnya, termasuk suasana seperti alunan debur ombak atau semarak kicauan burung. Lakukan visualisasi pada sebelum tidur dan sesaat setelah bangun.
Bermeditasi. Siapkan beberapa skenario terkait beberapa mimpi kita. Lalu pilih salah satunya untuk direnungkan pada satu waktu saja. Buat ikatan emosi secara khusus hingga masuk dalam alam meditasi.
Baca juga: Empati dan Seni Berkomunikasi
Itu dia beberapa cara yang bisa dilakukan dalam mewujudkan manifestasi yang kukutipkan dari sejumlah sumber. Jika ada informasi lain yang cukup mendukung, bisa ditambahkan.
Manifestasi menurut Neville Goddard
Tidak ada kekuatan di luar kesadaran Anda sendiri. (Neville Goddard)
Neville Goddard (NG) dikenal sebagai salah satu guru manifestasi yang populer dengan ajarannya tentang Hukum Asumsi. Hukum ini menyebutkan bahwa apa pun yang kita anggap benar dapat menjadi kenyataan. Hanya dengan berasumsi, keinginan bisa menjadi kenyataan? Ya! Syaratnya: percaya.
Menurut NG, kita sering kali meragukan bahkan tidak mempercayai harapan sendiri. Dari pernyataan bahwa "kamu bisa" atau "kamu tidak bisa" keduanya bisa benar. Keduanya bisa menjadi kenyataan sesuai dengan yang dimanifestasikan.
Caranya adalah dengan menyimpan semua asumsi ke dalam pikiran bawah sadar. Dan cara terbaik dalam menanamkan asumsi baru yakni dengan menggunakan imajinasi. Menurut NG, pikiran bawah sadar kita tidak bisa membedakan antara pikiran nyata atau sebatas bayangan di kepala. Artinya, jika kita membayangkan hidup kita seperti apa yang menjadi keinginan kita secara berulang, pikiran alam bawah sadar kita akan melakukan internalisasi hal itu sebagai kebenaran.
Baca juga: Letting Go, Sistem Pelepasan Diri
Langkah yang disarankan oleh NG:
Buat adegan imajiner. Adegan yang dimaksud adalah hasil akhirnya, ending dari kenyataan yang kita harapkan. Buat imajinasi sedetail mungkin. Tak perlu dipikirkan caranya. Tak perlu sibuk khawatir dengan proses yang rumit, abaikan. Hanya pikirkan hasil akhirnya saja. Bahwa gambaran itu nyata sudah terwujud dalam hidup kita. Jangan lupa untuk memasukkan semua panca indra kita. Jika cukup membantu terasa hidup, bisa ditambah dialog dalam visualisasi tersebut.
Bayangkan pada setiap menjelang tidur. NG merekomendasikan berlatih visualisasi ini dalam keadaan meditatif yang disebut kondisi "hypnagogic sleep paralysis" atau keadaan antara tidur dan terjaga. Saat kondisi santai, pikiran sadar kita melandai. Saat yang teoat untuk memasukkan asumsi baru dalam pikiran bawah sadar kita. Buatlah seolah-olah kita sedang berada di tempat kejadian. Kita menyaksikan realitas yang kita inginkan, lengkap dengan detailnya seperti yang kita bayangkan dalam langkah pertama. Lakukan hal tersebut hingga kita terlelap.
Yakinkan alam bawah sadar hingga imajinasi kita terwujud. Jika kita berhasil membuat kesan pikiran bawah sadar kita dengan asumsi baru, menurut NG, asumsi itu akan mewujud dalam realitas kita. Berapa lama waktu yang dibutuhkan? Setiap orang prosesnya akan berbeda. Menurut NG, hal itu bergantung pada seberapa konsisten kita dengan visualisasi yag kita lakukan. Selain itu, seberapa baik kita merasakan "seolah-olah keinginan telah terwujud". Seberapa besar keyakinan yang ada di alam bawah sadar kita berpengaruh terhadap proses keinginan itu termanifestasikan.
Sempat menjadi pertanyaanku: apakah keinginan itu tidak akan memicu kita untuk berekpektasi berlebihan?
Keinginan adalah sesuatu yang wajar. Ini yang sering disalahartikan. Orang takut dengan keinginannya. Padahal, keinginan menunjukkan bahwa kita masih manusia, bahwa hal itu dapat menjadi pendorong untuk kita maju. Melakukan lebih dari sekadar kita terima. Sah-sah saja. Yang tak diperkenankan adalah kemelekatan terhadap keinginan itu.
Baca juga: Berhati-hatilah dengan Siapa Kamu Bercinta
Mulai sekarang:
- Jalani hidup sebagai orang yang sudah menjadi apa yang ada dalam bayangan kita. Menjadi orang yang lunas hutangnya, hidup dalam segenap keyakinan bahwa itu sudah mewujud, karena pasti mewujud. Abaikan alam 3 dimensi. Karena alam tiga dimensi akan mengikuti apa yang kita imajinasikan. Sekalinya pikiran bawah sadar terimpresi sempurna dengan bayangan lunas hutang, dia tak punya pilihan selain mewujudkannya.
- Input keadaan yang lebih baik ke pikiran bawah sadar, supaya segera pindah dimensi. Bergeser ke alam yang kita bebas utang. Bayangkan yang baik-baik saja, segila mugkin, setinggi mungkin, asalkan yakin akan terwujud.
- Sadari bahwa semua yang ada di luar adalah hologram, energi yang memadat sehingga bisa dialami oleh indra kita. Ada energi lain secara paralel di luar diri kita yang bisa kita alami juga. Indra ragawi melakukan penyaringan, bahwa dia hanya bisa mengalami satu saja alam yang paling dipercayai oleh pikiran sebagai kebenaran. Itulah yang dipilih untuk dialami.
- Jalani hari-hari dengan rasa bersyukur dan perasaan yang baik, karena setiap detik kita sedang menuju ke sana.
Tidak ada kekuatan lain di luar diri kita yang dapat mencegah terwujudnya harapan. Semua yang bisa dibayangkan dapat menjadi sebuah keniscayaan untuk perwujudannya. Bayangan itu sudah ada di dimensi lain. Selamat melakukan manifestasi. Namaste.
No comments