Meninggalkan tahun 2023 aneka resolusi dicatatkan banyak orang. Baik secara diam-diam maupun diundangkan di dinding-dinding media sosial. Anda termasuk yang mana? Rajin membuat resolusi dan perencanaan detail dalam satu tahun? Atau membuat rencana besarnya saja? Atau seperti saiyah, yang skeptis dan tak yakin dengan resolusi yang dibuat sendiri? Tapi, setidaknya, buatku, ada proses evaluasi yang perlu dilakukan. Evaluasi diri, bagian mana yang perlu disingkirkan dan bagian yang dipertahankan atau dikembangkan.
Baca juga: Empati dan Seni Berkomunikasi
Buatku pribadi, tahun 2023 memberiku banyak pelajaran. Setiap tahun pastinya memang memberikan pembelajarannya masing-masing. Dan yang terjadi pada sebuah tahun tentunya juga melibatkan keputusan-keputusan yang terjadi masa sebelumnya. Ada hal yang berulang, karena ada bagian masa lalu yang masih terseret-seret. Tanpa dengan sadar melakukan evaluasi diri, beban itu masih akan kita panggul dan seret ke masa depan.
Apa, sih, Evaluasi Diri itu?
Evaluasi diri merupakan tindakan sadar untuk melakukan identifikasi dan penilaian atas kelebihan dan kekurangan pada diri sendiri. Upaya ini adalah salah satu cara yang digunakan untuk berbagai tujuan yang intinya adalah agar mampu melakukan hal-hal yang lebih baik di masa mendatang. Evaluasi diri menjadi titik berangkat untuk melakukan perencanaan berikutnya, termasuk perbaikan terhadap diri sendiri.
Manfaat melakukan evaluasi diri secara berkala:
Bersyukur. Mencermati kembali diri sendiri dengan sadar, akan memampukan kita untuk membuat penerimaan atas segala kondisi dan mensyukurinya.
Memperbaiki diri. Setiap orang yang waras pasti menginginkan menjalani hidup dengan baik. Tanpa adanya kesadaran untuk memahami diri sendiri, apa kelebihan dan kekurangan, tentunya tak ada acuan untuk melakukan perbaikan.
Hubungan pribadi. Bagaimana kita memperlakukan diri kita akan terefleksikan ke dalam hubungan atau interaksi kita dengan orang lain. Dengan pengenalan yang baik terhadap diri sendiri akan membantu terjalinnya interaksi yang lebih positif dengan orang lain.
Produktivitas. Saat ada hal-hal yang belum "selesai" dengan diri kita, kita bisa menjadi orang yang tidak produktif.
Lalu ada yang bilang, "Ah, produktif-produktif saja, koook!"
Percayalah, dengan melakukan evaluasi diri secara berkala, produktivitas Anda akan lebih meningkat, karena kita jadi lebih tahu hal mana saja yang menjadi prioritas.
Kualitas hidup. Hal penting dalam identifikasi diri adalah keputusan untuk melakukan perubahan yang tak lain demi meningkatkan kualitas hidup. Berani berubah dengan membuang kebiasaan dan sikap yang tidak perlu dan mengembangkan hal-hal yang bisa menjadi pendukung.
Dengan kualitas diri yang lebih baik, termasuk di dalamnya mampu mengenali hambatan dan tantangan sehingga mampu membuat strategi dalam perencanaan.
Tentu saja proses evaluasi diri dilakukan secara jujur dan objektif.
Baca juga: Mengelola Pikiran agar Terhindar dari Stres Berlebihan
Bagaimana Cara Melakukan Mengevaluasi Diri?
Tulis kelebihan dan kekurangan
Tunggu-tunggu! Sudah seumur ini masih harus ribet menuliskan kelebihan dan kekurangan? Eit, jangan salah. Berbagai hal rutin ditambah dengan masalah yang datang silih berganti membuat kita lupa dengan kelebihan kita. Tak termanfaatkan dengan optimal. Atau bolak-balik mengalami kegagalan, karena kita pun abai dengan kekurangan kita, tak mencoba mengatasinya.
Tulis dengan detail masing-masingnya, dalam format bebas. Bisa dalam bentuk tulisan atau tabel.
Buat daftar capaian
Standar capaian tiap orang berbeda-beda. Ada yang membuat standar capaian berdasarkan hal-hal yang besar seperti jabatan dalam pekerjaan, prestasi di sekolah atau kampus, penghasilan bulanan, dll. Ada pula yang menakar dari hal-hal sederhana seperti perilaku dan kegiatan sehari-hari misalnya berhasil berhenti merokok, atau rutin menjalankan olahraga, atau menyelesaikan 10 buku dalam sebulan, dll.
Tak perlu melihat capaian orang lain. Capaian dalam takaran kita yang membuat kita bangga terhadap diri sendiri.
Minta penilaian orang lain
Dalam ranah psikologi ada bahasan "Johari window", sebagai salah satu cara untuk mengidentifikasi diri kita (dalam hubungan kita dengan orang lain). Ada 4 jendela:
- Area terbuka, kita sebagai pribadi yang kita ketahui dan orang lain juga ketahui.
- Area tertutup, kita sebagai pribadi yang kita ketahui, yang orang lain tak ketahui.
- Area buta, yaitu hal yang tidak kita ketahui tapi diketahui oleh orang lain.
- Area misteri, baik kita maupun orang lain sama-sama tidak tahu.
Lain waktu kita bahas lebih banyak soal Johari Window ini. Hanya sebagai gambaran bahwa nggak soal, kok, kalau kita minta masukan dari orang lain. Tentu saja orang-orang yang kita percayai bisa memberikan penilaian objektif, bukan sekadar menyenangkan atau sebaliknya punya niat menjatuhkan.
Paling tidak tiga hal itu dapat cukup membantu kita dalam (kembali) mengenali diri sendiri. Melakukan identifikasi (ulang) terhadap diri sendiri.
Baca juga: Manifestasi, Upaya Mengaktifkan Pikiran Bawah Sadar
Tahap, berikutnya, mari membuat target dan rencana ke depan.
Buat target yang terukur
Buatku sendiri, membuat target adalah tantangan besar. Sebagai orang yang sering kali membiarkan segala sesuatunya mengalir saja plus tipikal "deadline person", target itu rasanya terlalu mengawang-awang. Tapi kali ini saiyah tampaknya perlu memaksakan diri.
Yuk, kita lakukan!
Cara yang cukup membantu sepertinya dengan membuat "to do list", baik secara manual maupun menggunakan aplikasi yang saat ini banyak sekali pilihannya. Dengan begitu tak ada pekerjaan tertunda dan terlewatkan, bahkan selesai sebelum tenggat waktu yang ditentukan.
Buat rencana
Rencana ini yang dalam tiap jelang pergantian tahun disebut sebagai resolusi. Rencana sebaiknya juga disertai target dan capaian sehingga memudahkan untuk membuat evaluasi. Jika diperlukan, buat rencana dalam jangka pendek, menengah, dan panjang.
Mari melakukan evaluasi terhadap diri sendiri, semoga kita dapat melakoni aneka peristiwa di sepanjang 2024 ini dengan baik. Namaste.
No comments