Sepanjang tahun 2023 lalu, sejumlah kasus rabies terjadi di tanah air dan membuat Pemerintah menetapkannya sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB). Waspada rabies! Data dari Kementerian Kesehatan RI menyebutkan, hingga April 2023 tercatat sebanyak 11 orang meninggal dunia akibat rabies, dengan 95% di antaranya disebabkan oleh gigitan anjing. Bali berada di urutan pertama kasus terbanyak, 14.827 terpapar rabies. Nusa Tenggara Timur (NTT) berada di urutan kedua dengan 3.437 laporan kasus rabies. Sulawesi Selatan dengan total 2.338 kasus berada di urutan ketiga. Berada di urutan keempat dan kelima adalah Kalimantan Barat dan Sumatra Barat yang masing-masing memiliki lebih dari 1000 kasus.
Baca juga: Perbedaan Darah Rendah dan Kurang Darah
Berkenaan dengan banyaknya kasus rabies, Pemerintah dalam hal ini Kementerian Kesehatan telah menyiapkan vaksin rabies untuk manusia dan serum yang didistribusikan secara bertahap ke dinas kesehatan tingkat provinsi. Faktanya, di beberapa daerah sempat mengalami kekosongan stok vaksin dan serum. Di sisi lain, kesadaran masyarakat kita terkait bahaya rabies juga masih kurang. Alhasil, dari 34 provinsi di Indonesia, hanya 11 yang dinyatakan bebas rabies.
Apa itu Rabies?
Pada 2015, di rumah ada kucing yang tengah sakit. Saat itu salah satu dokter hewan langganan tidak menyebutkan secara spesifik penyakitnya. Tanpa ada pemeriksaan lanjutan. Selintas ia menyebut kemungkinan rabies. Ish! Si Menik memang tidak mendapatkan vaksin rabies, tapi aku mencatat gejala-gejala rabies pada hewan. Tak kudapati satu pun gejala itu ada pada Menik. Agak aneh juga itu kalau diingat-ingat diagnosis dari vet.
Rabies adalah infeksi yang ditimbulkan oleh virus Lyssavirus yang menyerang otak dan sistem saraf manusia. Rabies termasuk penyakit zoonosis karena penularannya melalui gigitan hewan. Di Indonesia, rabies dikenal juga sebagai penyakit anjing gila. Mungkin karena kasus yang sering muncul berasal dari gigitan anjing. Padahal semua mamalia bisa menjadi penyebab rabies, baik hewan ternak atau peliharaan, seperti kambing, sapi, kuda, anjing, kucing, dan hewan liar, seperti kelelawar, musang, berang-berang, rubah, monyet, rakun, sigung, dll. Sejauh ini yang menjadi sumber penularan utama adalah anjing, kucing, dan kera.
Virus penyebab rabies ini gemar bercokol di kelenjar ludah, sistem saraf, dan otak. Hewan yang sudah terjangkit rabies akan menunjukkan gejala:
- Salivasi atau air liur berlebihan
- Kejang-kejang
- Kurang koordinasi dalam bergerak
- Agresif
- Takut dengan air
- Takut dengan cahaya (membuat mereka bersembunyi di tempat yang gelap)
Masa inkubasi rabies atau waktu antara masuknya virus ke dalam tubuh hingga menimbulkan gejala, bervariasi. Pada hewan, masa inkubasi penyakit ini adalah sekitar 3-8 minggu. Itu jika hewan dengan rabies menggigit hewan lainnya. Jika hewan dengan rabies menggigit manusia, masa inkubasinya lebih awal. Umumnya 2-8 minggu, namun bisa juga hanya 10 hari. Bertahannya bisa sampai 2 tahun.
Baca juga: Pola Hidup Sehat Cegah Diabetes
Proses penularan, penanganan, dan pencegahan
World Health Organization (WHO) menyatakan bahwa rabies (dan anthrax) merupakan penyakit golongan neglected, atau terabaikan yang banyak memakan korban. Banyak orang yang tak menyadari akan bahaya penyakit ini, sehingga tindakan antisipatifnya pun tidak optimal. Kasusnya terjadi secara meluas, di seluruh belahan dunia. Penyebaran terbesar terjadi di benua Afrika dan Asia.
Virus ini menyebar atau menular melalui gigitan hewan yang terinfeksi rabies ke hewan lain dan manusia. Virus juga dapat disebarkan oleh manusia ke manusia lain. Jika tetesan air liur manusia yang telah terinfeksi mengenai bola mata manusia lainnya, maka virus pun tertularkan.
Menurut dokter spesialis saraf, dr. Yogi Nala, air liur, baik melalui gigitan langsung binatang maupun manusia yang telah terinfeksi akan masuk ke pembuluh darah, lalu menyasar bagian sistem saraf hingga ke otak (sistem saraf pusat). Dalam perjalanannya menuju otak, virus membelah diri atau bereplikasi. Begitu mencapai otak, gerombolan virus ini akan menyebar luas ke semua bagian neuron. Virus juga akan memasuki sel-sel limbik, hipotalamus, dan batang otak. Berikutnya, virus menyerang organ-organ dan jaringan tubuh yang penting.
Makin luas luka gigitan dan makin dekat jarak luka gigitan dengan otak, gejala yang muncul akan lebih cepat. Makin parah gejala penyakit yang dialami penderita.
Siapa saja yang bisa terkena rabies? Siapa pun berpotensi untuk tertulari. Namun mereka dengan faktor risiko, potensi terserangnya lebih tinggi:
- Tinggal atau bepergian di negara berkembang
- Bersentuhan dengan hewan liar yang terinfeksi, termasuk kelelawar dalam goa
- Bekerja sebagai dokter hewan.
- Bekerja di laboratorium yang rentan berkontak dengan virus
- Memiliki luka terbuka pada kulit
- Menerima transplantasi organ dari orang yang terinfeksi
Meski demikian, seperti dikatakan dr. Yogi, penanganan rabies bisa mendapatkan hasil yang optimal asal dilakukan dengan cepat.
Langkah-langkah penanganan korban yang mengalami gigitan hewan tersangka rabies:
- Pertama, segera bersihkan luka dengan air mengalir dan desinfektan atau cairan pembersih luka.
- Kedua, datangi fasilitas kesehatan untuk penanganan lanjutan luka. Di fasilitas kesehatan ini akan diberikan suntikan vaksin anti rabies yang kemudian diulang pada hari ke-7, ke-21, dan ke-28.
Baca juga: Mindfulness dan Upaya Mengatasi GERD
Setelah tertulari, berikut ini beberapa gejala awal:
- Terjadi peningkatan suhu tubuh
- Mengalami nyeri kepala hebat
- Merasakan tidak enak badan
- Merasakan tidak nyaman di lokasi gigitan
Gejala lanjutan akan muncul dalam beberapa hari kemudian, seperti:
- Mengalami kebingungan atau perilaku agresif
- Mengalami halusinasi, baik dengan melihat atau mendengar
- Phobia terhadap air dan cahaya
- Mulut memproduksi saliva atau air liur berlimpah
- Mengalami kejang otot
- Mengalami kesulitan menelan dan bernapas
- Mengalami kelumpuhan
Hingga saat ini diagnosis baru bisa ditegakkan setelah pengidap meunjukkan gejala. Belum ada pemeriksaan yang dapat mendiagnosis saat baru terinfeksi virus. Setelah muncul gejala, barulah dokter akan melakukan sejumlah pemeriksaan, termasuk bekas gigitan, cakaran, atau luka terbuka.
Pencegahan
Untuk mencegah terjangkiti virus ini, yang bisa dilakukan hanyalah pemberian vaksin untuk membentuk kekebalan tubuh terhadap virus dan mengurangi keparahan gejala yang muncul. Vaksinasi bisa dimulai saat hewan peliharaan berusia 12 minggu dan dalam kondisi sehat. Berikutnya, pengulangan dilakukan tiap tahun. Titer rabies atau pemeriksaan dengan melakukan tes darah untuk mengetahui tingkat proteksi terhadap virus rabies, juga perlu dilakukan. Terlebih jika ada kebutuhan membawa hewan peliharaan ke luar negeri atau ke luar daerah yang bebas rabies.
Selain itu, diperlukan kehati-hatian terutama jika kita punya ketertarikan atau kedekatan dengan binatang.
Nah, berikut beberapa kebiasaan dalam perlakuan terhadap binatang juga perlu dilakukan untuk menghindari risiko terjadinya penularan. Selain itu juga demi menjaga keamanan lingkungan sekitar.
- Meminimalkan terjadinya kontak dengan hewan liar. Jika ada kebutuhan membawa hewan di area luar rumah sebaiknya dikandangkan atau diikat dengan tetap memperhitungkan kenyamanan.
- Memberikan kalung identitas. Ada masa-masa petugas melakukan razia terhadap hewan liar. Jangan sampai hewan peliharaan kita terjaring petugas.
- Hindari melakukan tindakan provokatif yang dapat menyebabkan anjing maupun hewan penular rabies lain menggigit.
- Awasi anak-anak yang sedang bermain dengan hewan.
- Selalu gunakan leash atau tali tuntun untuk hewan peliharaan yang diajak jalan-jalan untuk menjaga kontrol.
- Jaga kesehatan hewan peliharaan, dan lakukan check-up berkala jika diperlukan.
Hingga memasuki 2024, kita masih diminta untuk waspada rabies. Terutama untuk daerah dengan kasus tinggi. Semoga kita semua dalam kondisi sehat, dan ikut menjadi orang lain serta lingkungan sekitar tetap sehat. Namaste.
Baca juga: Ngeblog sebagai Sarana Melepaskan Stres
No comments