Menjumpai Naga Perak di UC Silver Gold

Aku suka perhiasan perak. Sangat suka. Maka begitu bulan lalu ke Bali dan mendapatkan tawaran mengunjungi gerai perhiasan perak, tentu saja aku sangat antusias. UC Silver Gold (UC), berada di kawasan Batubulan, Gianyar. Tempat inilah yang kami kunjungi. Ternyata UC bukan sekadar gerai jewelry namun sebuah komplek wisata dengan beberapa pilihan kunjungan. Aku suka perhiasan perak, tapi tak berniat untuk belanja. Maka pilihan pertama kunjungan adalah museum. Begitu melewati pintu masuk, aku merasa disambut energi yang ... yang apa, ya, sulit menerjemahkannya. Perasaan yang indah.

Baca juga: Wisata Kuliner dan Religi di Bali, 2024

Sungguh, rasanya tak ingin beranjak. Kalau tidak malu sama among tamunya, mungkin aku akan berlama-lama di dalam area museum. Selain aneka patung dan replika perhiasan Bali berbahan perak, bongkahan batu kristal terpasang kokoh di beberapa titik. Kurasa batu kristal ini juga yang menularkan energi itu. Pun ornamen kayu yang pastinya dari pohon yang sudah berumur, penyaksi aneka peristiwa kehidupan. Saat menuliskan ini, rasanya masih merinding mengingat apa yang kurasakan pada hari itu.


Tentang UC 

Awalnya adalah UC Silver & Gold, sebuah toko perhiasan perak mungil di Ubud yang mulai berdiri pada 1989. Nama itu merupakan singkatan dari Ubud Corner Silver & Gold. Jenama ini memakai logo berupa lingkaran merah yang dikelilingi oleh tiga garis lingkaran. Logo ini mewakili empat bersaudara yang menciptakan warisan yaitu UC Silver & Gold. Pemilik UC adalah orang asli Bali.  

Seiring perjalanan waktu, toko perhiasan perak ini mengalami perkembangan pesat. UC memiliki pabrik sendiri dan menjadi nilai lebih karena pengunjung menyukainya. Mereka bisa melihat langsung proses pembuatan perhiasan. Bahkan UC menyediakan program bagi pengunjung untuk belajar membuat perhiasan tertentu sesuai yang diinginkan. 

Di lokasinya yang baru, di kawasan Batubulan, yang merupakan perbatasan Denpasar dan Gianyar, UC tak lagi sekadar outlet, namun semacam tempat one stop shopping. Untuk pemasaran, UC Silver Gold yang memadukan desain modern dengan desain asli Bali ini telah merambah pasar Asia, Amerika Serikat, Australia, dan Eropa.


Baca juga perjalanan ke Bali lainnya:


Museum Naga Sanga Amurwabhumi

Dua bulan lalu aku menerima garapan membuat narasi tentang rencana pembangunan museum perhiasan. Mengumpulkan berbagai bahan sebagai sumber referensi. Entah kenapa nama museum ini tak kutemukan. Padahal sudah menggunakan kata kunci yang cukup jelas merujuk kata "museum perhiasan" dan "perhiasan Nusantara". Mungkin memang aku harus mendatangi langsung ke lokasi. Ehmm! Jadi terasa seperti dejavu, karena setelah meneliti objek yang dipamerkan, sama persis dengan yang kubayangkan dalam narasi yang kubuat. Bedanya di museum ini menampilkan perhiasan khas Bali, bukan Nusantara.

Tapi kemudian kutemukan referensi bahwa sang pemilik awalnya memang berencana membuat museum Nusantara. Karena berbagai kendala dan pertimbangan, akhirnya diputuskan untuk menampilkan replika perhiasan Bali saja. 

Museum ini menempati lokasi paling depan. Tinggi menjulang dengan ornamen ukiran dalam nuansa putih mencolok, dan hiasan kupu-kupu yang menempel di dinding luar. Untuk memasuki gedung museum, kita melewati sebuah pintu kayu tinggi dengan hiasan naga berbahan perak. Begitu melewati pintu, dingin AC langsung menyergap, setelah beberapa menit sebelumnya terpanggang matahari Bali. Sejuk sekaligus hangat.

Rasa hangat itu kuduga datang dari energi yang dipancarkan oleh batu-batu kristal yang dipajang di seantero ruangan, mendampingi replika perhiasan. Juga citrine dari Brazil yang persis berada di hadapan patung naga. Batu kristal ini menyiratkan energi kegembiraan, kreativitas, dan kemakmuran. Hal ini sejalan dengan pemilihan naga sebagai simbol. 

Patung naga itu diletakkan vertikal dari arah pintu masuk, naga 9 kepala yang berhubungan satu sama lain. Selain sebagai sebuah refleksi seni, angka 9 juga mencerminkan makna kebersamaan dalam kehidupan. Sedangkan naga mewakili 4 filosofi kehidupan, yakni kemakmuran, kekuatan, kemenangan, dan keseimbangan.  

Secara keseluruhan sang naga terbuat dari perak dengan berat 720kg, dengan panjang 20 meter, tinggi 1,35 meter, dan lebar 1,8 meter. Detailnya sangat menakjubkan. Mulai dari bagian depan, surai di masing-masing kepala, gigi, kumis, lalu sisik di sekujur tubuh naga. Pun liukannya terlihat lentur sempurna. Begitu pula manusia yang didapuk untuk membopong si naga. Ada 18 patung manusia yang terdiri dari 9 pasang laki-laki di sisi kiri dan kanan naga, dengan detail yang tak jauh beda. Jelas sekali ini bukan pekerjaan yang gampang. Para seniman patung Bali dikerahkan untuk menggarap proyek naga perak ini. Meski berbahan perak dengan warna perak pula, patung-patung manusia ini terlihat hidup karena detail yang ditampilkannya. Tak heran jika pengerjaannya membutuhkan waktu lama.

Dari monumen penandatanganan yang dipanjang di museum, tercantum pengerjaan naga perak memakan waktu lima tahun. Dimulai pada 12 Maret 2013 dan tuntas 21 September 2018. Peresmian dilakukan pada 12 November 2018 oleh Ni Wayan Rupet, yang merupakan ibu dari empat pemilik UC. Sang pemrakarsa, I Nyoman Eriawan mendapatkan piagam penghargaan dari MURI atas idenya melahirkan Patung Perak Naga Terbesar tersebut. 

Ruang museum ini dibuat dengan langit-langit yang sangat tinggi, sekira 30 meter. Pada setiap sisi dinding terdapat besi penyangga yang melengkung dan menyatu di bagian atas yang menyerupai kubah memanjang. Di sepanjang tepi dinding inilah aneka replika perhiasan Bali dipajang. 

Pada setiap titik pajang terdiri dari meja atau alas berbentuk ukiran binatang, mulai dari kuda, harimau, gajah, ikan, rusa, dll. Jangan tanya detailnya seperti apa. Hatiku berbunga-bunga rasanya memandang setiap detail ukiran pada setiap meja pajang itu. Di setiap meja pajang terdapat dua komponen yaitu batu kristal dan replika perhiasan. Masing-masing dilengkapi penjelasan dalam bahasa Indonesia dan Inggris. Replika itu berupa kalung, gelang, cincin, hiasan kepala, aneka ragam. Sedangkan batu kristal, sebagain besar (atau malah semuanya?) adalah hasil impor. Selain citrine Brazil, ada amethys, quartz, tourmalin, dan masih banyak lagi. Indah dan bikin merinding sungguh. 

Di antara meja pajang terdapat patung sepasang lelaki dan perempuan, dengan pakaian adat Bali yang terbuat dari perak. Patung-patung kayu berbentuk manusia juga tersebar di beberapa titik. Di antaranya patung kayu di belakang naga. Patung itu mewakili tradisi tari di Bali. Patung 3 laki-laki yang dilengkapi dengan tombak sebagai gambaran Tari Baris, tari penyambutan yang hanya dibawakan oleh kaum lelaki. Bersebelahan, ada 3 patung perempuan yang mengenakan pakaian khas Tari Rejang, tari penyambutan tamu kehormatan.

Berada di dalam Museum Naga Sanga Amurwabhumi ini memberikan pengalaman batin yang berharga buatku. Kalau ada kesempatan, aku ingin mengulangi kunjungan dan mencoba melihat dari perspektif yang lain.


Baca juga perjalanan ke Bali lainnya:


Fasilitas Lain

Persis di samping museum adalah outlet produk. Perak di lantai satu dan emas di lantai dua. Aku tak ingin masuk ke gedung ini. Sayangnya saiyah butuh toilet yang kok ya adanya di gedung ini. Akhirnya dengan terpaksa --karena takut tergoda-- aku pun menelusuri beberapa bagian rak pajang. Cantik-cantik. Harga memang cukup tinggi, tapi kurasa masih di batas kewajaran. Sepadan dengan kualitasnya yang premium.

Di bagian belakang ada area workshop. Bagian yang sebetulnya aku ingin kunjungi. Sayangnya saat itu Minggu, dan karyawan workshop libur. Hasil ngobrolku dengan pramuniaga, di lokasi ini kita hanya bisa menyaksikan proses pembuatan. Tidak tersedia program workshop untuk pengunjung. Jika berminat untuk belajar pembuatan perhiasan perak, bisa datang ke gerai UC di Ubud. 

Bagi yang ingin santai sejenak setelah jalan-jalan, bisa naik ke lantai 3, tempat cafe dan resto. Tempat asyik, adem. Selain banyak tanaman, juga dibuat kolam lengkap suara gemericiknya yang membuat kita lupa tengah berada di dalam gedung yang berpuluh meter di atas permukaan tanah.

Pada sisi yang lain, aku tak sempat tengok, konon ada fasilitas ruang pertemuan. Sepertinya bisa dijadikan alternatif buat yang mau melakukan pertemuan sekaligus jalan-jalan dan belanja. Cakep juga sepertinya untuk menggelar acara-acara lainnya. 

Nah, itulah pengalamanku mengunjungi UC Silver Gold di Gianyar. Ini catatan pertama dari rangkaian cerita selama di Bali yang akan akan kutuliskan di blog ini. Suksma sudah berkunjung ke blog Ibu Meong, ya.


Baca juga perjalanan ke Bali lainnya:

12 comments

  1. Kok yang kulihat dalam fotonya malah kayak mistis ya. Padahal memang harusnya indah sesuai yang kakak tuliskan. Apalagi kita sedang membicarakan museum perhiasan gitu.

    ReplyDelete
  2. Senang banget kalau bisa tour di UC Silver Gold ini, cuman kalau ada yang lucu-lucu, bakalan bahaya juga ya, menggoda iman, hahaha.
    Cantik-cantik pula ornamen ukiranya, Bali emang paling juara kalau masalah beginian, keren!

    ReplyDelete
  3. Pecinta perak wajib banget kesini ya kak kalau sedang berada di Bali, beneran keren-keren ya pameran peraknya. Pun setelah lelah di lantai 3 masih bisa nyantai di cafenya juga

    ReplyDelete
  4. Waw...tadi aku penasaran, klik dulu fotonya baru deh jelas patung Naga Perak dibobong 9 pasang pria. Keren banget. Aku kalau ada di situ, bakalan lama-lama tuh mengelilingi patungnya. Aku fotoin dari semua sisi kayaknya...haha...
    Nyaman banget museumnya...

    ReplyDelete
  5. MashaAllah. Baca tulisan ini jadi inget kenangan manis dengan salah seorang pemilik UC SILVER. Beliau seorang mualaf yang taat dan wafat karena Covid-19.

    Waktu berkunjung ke sini dan menyaksikan Museumnya, museum itu belum lama diresmikan. Seneng banget dapet beragam informasi dibalik berdirinya museum dan beberapa koleksi batu serta ukiran yang ada di dalam. Megah banget. Aku juga ada menuliskannya. Aahh jadi pengen baca tulisan itu lagi.

    Makasih Mbak Dhenok yang sudah membangkitkan kenanganku kembali.

    ReplyDelete
  6. Kalo sedang di bali, pasti saya mampir kesini
    Gak tau kenapa, saya suka banget datang ke pameran UC Silver Gold
    Walau sekadar untuk mengagumi karya penciptanya yang luar biasa
    Karena harganya pasti mahal :D
    Dulu di jalan Pandu Bandung, saya punya langganan perhiasan tembaga
    Biasanya sih saya beli untuk asesoris baju
    Itu pun harganya lumayan banget. Harus nabung buat beli
    Tapi puas banget waktu nikmati karya penciptanya

    ReplyDelete
  7. Kalau datang ke museum seperti ini, banyak wawasan luar biasa yang diterima ya kak. Selain itu, asik juga nih ada ruangan yang bisa buat dijadikan workshop atau seminar ya. Berarti disewakan gitu ya kak?

    ReplyDelete
  8. wah seru ya kak, dan ak liat ada cafe resto yang cozy dgn view yang bikin adem mata jadi makin penasaran tar pgn coba datang ke situ ah

    ReplyDelete
  9. Naganya looks so real yaa..
    Kereen banget sang maestro yang menciptakan karya Patung Perak Naga Terbesar diletakkan di museum UC Silver Gold.
    Aku juga kagum sama penempanya.. sang seniman pasti memiliki tingkat kesulitan tersendiri dalam berkarya karena ada detil-detil yang harus digambarkan.

    ReplyDelete
  10. Cakep banget ya. Ternyata UC singkatan dari Ubud Corner. Keren banget sih. Semoga berkesempatan bisa berkunjung ke sana.

    ReplyDelete
  11. Aku belum pernah ke siniiii. Tempatnya asik ya mbak, cozy dan agak klasik. Ini kalau bawa anak kecil ke sana kudu hati-hati yaa.

    ReplyDelete
  12. Cateet dlu aah, udah lama ga main2 ke Bali..
    Smoga soon ada rejeki berkunjung kesana dan mampir ke tempat kece ini.

    ReplyDelete