Minuman Beralkohol Bali, Mana yang Sudah Kamu Coba?

Aku bukan penggemar minuman beralkohol. Tapi cukup bisa menikmati selagi kadar alkoholnya tak terlalu tinggi. Bali laksana surga bagi para peminum. Karena aneka minum beralkohol dapat ditemukan di berbagai lapak, mulai dari warung kecil hingga yang memiliki pabrik dan kebun sendiri. Jadi, selagi berada di Bali, kenapa tidak aku cicip-cicip aneka minuman beralkohol khas Bali? Apalagi jika gerainya menarik untuk dikunjungi. Yang dipilihkan buat kukunjungi adalah Hatten Bali (WINE).



Baca juga: Menjumpai Naga Perak di UC Silver Gold


Hatten Bali (WINE), berikutnya kita sebut Hatten saja untuk memudahkan, berlokasi di By Pass Ngurah Rai, Sanur, Denpasar. Jalanan tengah diguyur gerimis ringan saat kami memasuki area parkir Hatten. Tapi, sebelum lebih jauh bercerita soal produsen wine yang milik orang lokal Bali ini, aku ingin mengingatkan soal minuman beralkohol yang cukup akrab dengan masyarakat kita sejak kala bendhu alias masa yang tak terdeteksi kapan persisnya.   


Minuman Beralkohol di Tengah Masyarakat Indonesia


Mengutip Katadata, ada 12 minuman alkohol tradisional Indonesia. Ke-12 macam minuman itu tersebar di seantero tanah air, dari Sabang hingga Merauke. 


Arak 

Arak terbuat dari hasil penyulingan kelapa, enau, atau lontar dengan kadar alkohol yang cukup tinggi. Selain arak Bali yang memang terkenal, arak juga cukup dikenal di Aceh dan Jawa Tengah. Hah, Aceh? Ya, demikian menurut Katadata. Aku sendiri belum pernah tahu arak asal Aceh ini. Sedangkan di Bali, arak menjadi mata pencaharian masyarakat, terutama di Karangasem dan Buleleng. Tak heran jika data BPOM menunjukkan bahwa Bali merupakan produsen arak terbesar di tanah air dengan jenis terdaftar lebih dari 400 merek. Konon, arak Bali punya kandungan anggur yang setara dengan wine.


Brem

Di Madiun ada makanan berupa endapan air tapai singkong. Bukan itu, karena kita bicara minuman. Minuman beralkohol yang namanya brem ini adanya di Bali. Warnanya coklat tua, menyerupai kopi. Brem merupakan cairan dari hasil fermentasi ketan dengan ragi. Brem sangat mudah ditemukan di Bali dalam berbagai merek.


Tuak 

Tuak merupakan minuman yang familier di berbagai kawasan di tanah air. Jawa, Sumatra, Bali. Tuak terbuat dari fermentasi beras, nira, atau buah yang mengandung gula.


Legen 

Minuman ini khas Gresik, Jawa Timur. Terbuat dari pohon siwalan, mirip pohon kelapa dengan buah yang lebih kecil. Konon legen diproses dari bunga pohon siwalan, yang selain menghasilkan legen juga gula merah. Legen dapat berubah menjadi tuak dalam waktu 24 jam jika tak diolah dengan baik. 


Sopi dan moke 

Minuman tradisional beralkohol ini dikenal oleh masyarakat Maluku, Nusa Tenggara Timur, dan Sulawesi Utara. Kata "sopi" diambil dari bahasa Belanda, zoopje, yang artinya alkohol cair. Aimere, Ngada, NTT disebut-sebut sebagai kawasan dengan produksi sopi terbaik. Di NTT, sebutannya bukan sopi melainkan moke. Sopi atau moke ini terbuat dari hasil sadapan pohon lontar dengan proses pengolahan masih tradisional. Penyulingan hasil sadapan lontar adalah dengan menggunakan periuk tanah liat yang terhubung dengan batang bambu untuk mengalirkan air dari penguapan. 


Laru 

Laru merupakan bahan dasar sopi, dari nira pohon lontar yang telah disuling. Minuman khas Nusa Tenggara Timur disuguhkan dalam perayaan-perayaan atau pesta yang diselenggarakan kelompok masyarakat kelas menengah.


Ciu 

Ciu akrab dengan masyarakat Jawa Tengah dan Jawa Timur. Bahan pembuatan ciu beragam. Misalnya di Banyumas, ciu dibuat dari hasil fermentasi singkong. Sedangkan di Bekonang, Solo, ciu dihasilkan dari fermentasi tetes tebu. 


Baca juga perjalanan ke Bali lainnya:


Anding atau baram 

Anding dan baram adalah minuman khas yang berasal dari Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, dan Bali. Di Kalimantan, baram dikenal sebagai andingdan telah dibuat oleh suku Dayak sejak berabad-abad yang lalu. Minuman ini terbuat dari campuran ragi, nila, enau, dan nasi ketan. Aku pernah mencicipi minuman yang dibuat oleh keluarga adik ipar, orang Dayak. Cuma seingatku saat itu dibilangnya tuak saja. Entah memang tuak, atau anding ini. Sebutan tuak untuk mempermudah saja. 


Tuo nifaro dan tuo mbanua 

Dua minuman ini berasal dari Nias, biasanya menjadi bagian dari tradisi seserahan. Tuo nifaro merupakan fermentasi penyulingan nira pohon, baik dari kelapa maupun enau. Sedangkan tuo mbanua merupakan tuak mentah atau sering disebut tuak arak. 


Swansrai 

Yang ini Papua pu minuman. Swansrai biasanya dijadikan suguhan untuk tamu penting. Terbuat dari air kelapa yang telah difermentasi dalam waktu lama.  Swansrai biasanya disajikan dalam gelas atau mangkok yang terbuat dari batok kelapa.


Saguer atau ballo 

Saguer atau ballo ini merupakan minuman beralkohol, khas dalam tradisi masyarakat Sulawesi Utara. Dibuat dari fermentasi nira pohon enau atau pohon lontar. Istilah saguer berasal dari pohon enau yang dalam bahasa Minahasa disebut sague. 


Sageru 

Namanya agak mirip, saguer … sangeru. Yang ini berasal dari Maluku, yang cara mendapatkan nya adalah dengan mengiris batang tangkai pohon aren. Ada waktu khusus dalam mengiris si tangkai, yaitu antara pukul 7 hingga 10 pagi, atau sekitar pukul 3 sore. 


Dari sekian nama di atas, urutan satu hingga tiga, banyak ditemui di Bali. Selain minum minuman beralkohol menjadi semacam tradisi masyarakat lokal, juga menjadi pilihan menarik bagi para wisatawan. Nah, dalam kunjunganku terakhir ke Bali kemarin, singgah ke gerai PT Hatten Bali Tbk (WINE) yang selain produksi minuman utamanya yakni wine, juga menjaga minuman khas lokal Bali yaitu arak dan brem. 



Baca juga perjalanan ke Bali lainnya:


Kiprah Lebih dari Dua Dekade 


Saat ngobrol dengan pramuniaga di Hatten, lebih banyak menyimak, karena memang tak berbekal informasi awal. Di antaranya dia menyebutkan tentang produksi Dewi Sri yang sudah dimulai dari 1968. Giliran cek ulang, kok jadi bingung. Brem diproduksi oleh Dewi Sri dan tak ketemu informasi terkait Hatten dan produksi brem ini. Usut punya usut, Hatten ternyata merupakan distributor tunggal produk Dewi Sri. Untuk pemasarannya melalui The Cellardoor, ada dua, yakni di Jakarta dan Bali. Hatten sendiri khusus memproduksi wine. 


Di Cellardoor Bali yang juga merupakan kantor PT Hatten, brem bersama arak dan aneka wine dipajang. Tersedia ruang-ruang yang nyaman untuk bersantai maupun keperluan meeting. Untuk brem terdiri dari 2 macam, yang orisinal dan liquer. Apa bedanya? Orisinal dengan kandungan alkohol 5% sedangkan liquer 14%. Untuk brem orisinal dipasarkan dalam dua kemasan, 200 ml dan 630 ml. Sedangkan yang liquer hanya dalam kemasan 630 ml.



Bagi penggemar minuman beralkohol dengan nuansa manis, layak coba. Aku sih suka, ada asam yang menyegarkan. Brem liquer dari sisi rasa tak terlalu jauh beda. Sedikit lebih pahit karena ada tambahan arak untuk meningkatkan kadar alkohol. Buatku sih bikin lebih cepat ngantuk, hehe.



Untuk produksi wine, produksi Hatten Bali telah berlangsung selama 24 tahun. Awalnya hanya memakai bahan anggur lokal Bali, hasil panen dari kebun milik mereka sendiri di kawasan Karangasem. Dalam perkembangannya kemudian Hatten menciptakan wine berbahan anggur Australia. Impor. Dalam kurun waktu tersebut Hatten telah mengeluarkan beberapa varian wine dengan dua seri berdasarkan bahan, yakni anggur lokal dan anggur Australia. Perbedaan musim menjadikan taste dari masing-masing wine berbeda. Tampaknya dalam hal ini tergantung selera, ya. 


Aku sempat mencoba 3 macam produk wine mereka, yakni Aga White dan Aga Red, dan Pino de Bali yang dipasarkan setelah masa penyimpanan 5 tahun. Slurp, yummy!


Menurut Bli Pramuniaga yang aku lupa tanya namanya, dalam sekali produksi, ada 2.000 botol wine. Selain memiliki kebun anggur sendiri, Hatten juga dilengkapi dua prabrik dan gudang. Kemungkinan bakal menambah lokasi baru, mengingat banyaknya kontainer yang terpaksa disimpan di area outlet karena ruang terbuka di pabrik tak mencukupi. Mas Bli bercerita sambil menunjukkan kontainer yang berjajar di dekat area parkir. 



Untuk pemasaran, Hatten menyasar pasar utama hotel dan restoran di kawasan pariwisata seperti Kuta, Nusa Dua, hingga Canggu. Selain itu mereka berupaya mengembangkan penjualan melalui jaringan ritel, yang tentu tak semua wilayah menyediakan, mengingat kandungan alkoholnya.

Sepertinya kalau bisa mengunjungi pabriknya, lebih seru, ya? Ah, siapa tahu kapan-kapan ada kesempatan lagi ….



Baca juga catatan perjalanan di Bali lainnya:


PT Hatten Bali (WINE)
Jl. By Pass Ngurah Rai No. 393 Sanur, Denpasar, Bali

No comments