Buku tentang Kucing yang Bisa Dijadikan Pilihan Bacaan Tahun Ini

Kisah tentang binatang dalam bentuk fabel, atau kisah dengan sosok mereka terlibat di dalamnya selalu muncul dari waktu ke waktu dalam khasanah literasi dunia. Beberapa di antaranya bahkan sangat ikonik, seperti nama Edgar Allan Poe yang melekat pada salah satu judul cerpennya, Kucing Hitam. Belakangan hari ini juga muncul buku-buku dengan cerita yang melibatkan kucing yang berhasil mengambil hati pembacanya. Bukunya dicetak ulang hingga entah berapa kali dan diterjembahkan dalam berbagai bahasa. Apakah kamu termasuk pengoleksi buku dengan cerita kucing? Buku apa saja yang sudah disiapkan untuk bahan bacaan tahun ini?



Baca juga: Lelaki Harimau, Novel Kedua Eka Kurniawan

Reviu di bawah ini awalnya berangkat dari tantang di platform X. Ajakan untuk mereviu buku dengan kover kucing. Aku memindahkan catatannya ke sini, dan melengkapinya dengan bacaan lain yang bisa jadi di kover tidak menyertakan sosok kucing, namun isinya berkisah tentang kucing. Catatannya akan coba diupdate secara berkala hingga jumlah tertentu. 


Gerombolan Kucing Bandel


Judul buku: Gerombolan Kucing Bandel (9 Cerita Kucing dari 9 Penulis Dunia)

Penulis: E. Nasbit, dkk.

Penerjemah: Endah Raharjo

Penerbit: Pojok Cerpen

Tebal: 212 halaman

Terbit: Agustus 2021 (Cetakan Pertama) 





Baca juga: Lima Cerita, Saat Seorang Desi Anwar Berkisah


Seperti tertulis dalam judul, buku ini merupaan kumpulan cerita dari 9 penulis sohor dunia: E. Nesbit (Maurice Menjelma Kucing), Sir Arthur Conan Doyle (Kucing Brazil), Edgar allan Poe (Kucing Hitam), Fritz Leiber (Gummitch Si Kucing Super), Angela Carter ( Kucing Bersepatu Bot), Rudyard Kipling (Si Kucing yang Berkelana Sendirian), Italo Calvino (Gerombolan Kucing Bandel), Saki-Hector Hugh Munro (Tobermory), dan Ursula K. Le Guin (Kucing Schrodinger).

Satu yang sudah (lebih dari sekali) kubaca: Kucing hitam. Cerita yang tiap kali dibaca, tetap bikin merinding.

Aku membaca buku ini secara acak. Mengawalinya dari Kucing Brazil. Ceritanya sama gelapnya dengan Kucing Hitam. Berkisah tentang pengkhianatan dalam keluarga, hanya karena persoalan harta. Uniknya, sosok perempuan, istri sang saudara yang dianggap memusuhi, pada akhirnya bisa dianggap sebagai penyelamat. Pemberi tanda. 

Cerita unik ada di judul Si Kucing yang Berkelana Sendirian. Ini seolah menjawab muasal kenapa kucing nyebelin aka belagu. Kisah disampaikan ala dongeng, dengan adanya binatang-binatang lain yang datang dan menghamba kepada manusia. Berbeda dengan kucing yang bersiasat. Sehingga si manusia takhluk padanya. 

Kisah yang menjadi judul buku berkisah tentang penghuni kota, Marcovaldo yang mengikuti perjalanan kucing-kucing. Tentang bagaimana lelaki itu menemukan bahwa para kucing kesulitan menjalani hidupnya karena ruang yang terbatas. Manusia mengambil semuanya. Aku selalu suka cara Italo Calvino bercerita. 


Baca juga: Joko Pinurbo dalam Kenangan


Jika Kucing Lenyap dari Dunia


Judul: Jika Kucing Lenyap dari Dunia

Penulis: Genki Kiwamura

Penerjemah: Ribeka Ota

Editor: Anton Kurnia

Penerbit: BACA

Tebal: 253 halaman

Terbit: Desember 2021 (Cetakan IV)




Baca juga: Jais Darga dan Ajang Pembuktian Art Dealer Perempuan 


Beli buku ini semata karena "kucing". Tak pernah cari tahu, buku tentang apa.

Idenya menarik, apa yang akan kita lakukan jika tahu umur kita tak lama lagi. Tema ini mengingatkan tentang betapa terbatasnya kita sebagai manusia, sekaligus betapa luas kemungkinan yang bisa kita lakukan jika kita memberi makna.

Berkisah tentang pemuda 30 tahun yang baru diberi tahu jika dirinya mengidap tumor otak stadium 4. Ia menanggapi kabar itu dengan biasa saja. Hingga saat iblis menawarinya tambahan umur dengan syarat: menghilangkan sesuatu dalam hidupnya. Dari sinilah muasal upaya menghilangkan aneka hal: telepon, kucing, hingga dirinya sendiri.

Di buku ini, ada 2 nama kucing yang diceritakan si tokoh. Salad & Kubis. Mereka punya ikatan yang kuat, terutama dengan ibunya, lalu dia. Terbayang, 'kan, kalau kucing-kucingmu tiba-tiba lenyap? Bayangkan kegembiraan apa yang bakal ikut lenyap.

Bagi pembaca buku yang pencinta meong, paslah baca buku ini. Buatku sendiri, awalnya agak sulit menikmati. Mungkin karena bahasanya terlalu ngepop buatku. Berusaha tidak menyerah. Dan memang banyak hal menarik yang bisa didapat, bicara tentang kehidupan; tentang bagaimana sebagai manusia kita menerima "jatah" kita dengan hati yang terbuka dan menjalaninya meski tak sempurna.

“Di dunia ini, ada banyak kekejaman. Tapi ada keindahan sebanyak itu pula.” (hal. 79)

Si tokoh hanya membuat narasi, tanpa menggurui. Bahwa selalu ada sisi baik dari tiap peristiwa, termasuk berdamai dengan masa lalu. Ia menunjukkan hal baik itu di penghujung hidupnya lewat rekonsiliasinya dengan sang ayah.

"Cinta pasti akan berakhir. Meskipun kita tahu akan hal itu, kita tetap jatuh cinta.

Mungkin soal hidup juga sama seperti itu. Suatu saat pasti akan berakhir. Meski tahu hal itu, kita tetap menjalani kehidupan. Sama seperti cinta, justru karena akan berakhir maka hidup terlihat gemerlap." (hlm. 89).

Baca juga: Aleph, Kisah Perjalanan Menemukan Diri


Hitam Gemerlap


Judul: Hitam Gemerlap

(Dwilogi Kumcer)

Penulis: Alexandreia Wibawa

Pemeriksa Ejaan: Dea Silvia Rahman

Penerbit: Langgam Pustaka

Tebal: 286 halaman

Terbit: Mei 2024 (Cetakan I)


Baca juga: Book Sleeve, Pembaca Buku Wajib Punya


Aku sudah membaca cerpen Alexandreia di buku ini dari buku kumpulan cerpennya yang pertama, Kucing Hitam. Khas tulisan Alex ini gelap, seringkali terasa nuansa desperade. Jangan berharap happy ending-lah pokoknya. Dan banyak di antaranya yang punya akhir tak tertebak. 

Buku ini gabungan dari dua kumcernya, Kucing Hitam dan Warung Gemerlap. Keduanya sudah tidak cetak ulang. Demi memenuhi keinginan pembacanya, Alex mencetaknya lagi, namun kali ini digabungkan. Ada 25 judul cerpen di dalamnya.

Cerpen pertama bertajuk Labirin, ditulis Alex pada 2005. Bercerita tentang Rana yang terjebak dalam dunia mimpi pasca keisengannya mengambil benda unik di kamar Raga, kakaknya. Rupanya benda itu dapat membuat siapa pun yang memegangnya akan terus berada di alam mimpi. Berbagai mimpi telah Rana alami, dari yang menyenangkan hingga mengerikan. Melelahkan. Cerpen ini memenangkan Lomba Menulis Cerita Thriller Stephen King On Writing yang dielenggarakan tahun itu.

Warung Gemerlap, cerpen yang menjadi judul kedua kumpulan kumcer Alex aku belum pernah baca. Aku tidak punya bukunya. Awalnya kupikir ini berkisah tentang sosok selebritas, mengacu pada cerita sebelumnya. Sesuatu yang datang dari dunia gemerlap. Ternyata bukan. Membacanya membawaku pada ingatan cerita horor di masa kecil. Beragam cerita horor memang sebagian besar kudapatkan di masa kanak. Saat tinggal di Bandung, cerita-cerita serupa tak kudengar lagi. Kalaupun ada, nuansanya berbeda. Tak begitu dekat lagi. Nah, ini cerita berasa nyata.

Dialog Cangkir Kopi, salah satu yang menunjukkan bahwa cerpen ALex ini sering kali absurd. Atau nyleneh kalau testimoni pembacanya. Tapi cerita ini membuatku berpikir, barangkali inilah yang dialami para pengidap shizofrenia. 

Cerita tentang kucingnya sendiri adalah Kucing Hitam. Ini bacaan buat yang suka horor. Tentang adanya makhluk-makhluk di sekitar kita, beririsan dan hadir di dunia yang mestinya tidak sama. Jebakannya adalah bahwa kucing hitam adalah si penutur cerita.

Baca juga: World without End, Kisah Percintaan Berlatar Sejarah Kelam Gereja Katolik


Kisah Seekor Camar dan Seekor Kucing yang Mengajarinya Terbang


Judul: Kisah Seekor Camar dan Seekor Kucing yang Mengajarinya Terbang

Penulis: Luis SepĂșlveda

Penerjemah: Ronny Agustinus

Penerbit: Marjin Kiri

Tebal: 89 halaman

Terbit: Oktober 2020 (Cetakan I)


Baca juga: Berhikmat bersama Loki Tua, Novel Yusi Pareanom


Ini kali pertama aku membaca karya Luis SepĂșlveda. Dan agak terkejut saat tahu buku ini diterbitkan Marjin Kiri. Memang, aku juga punya beberapa terbitan Marjin Kiri, buku-buku dari Amerika Latin. Tapi, ini kan tentang kucing? Membayangkan Ronny Agustinus yang postingan di media sosialnya kebanyakan urusan politik untuk menerjemahkan fabel. 

Tentu ada alasannya. Yang pasti, Luis SepĂșlveda adalah penulis penting dari Chile. Karya-karyanya diakui dunia.

Kisah berawal saat Zorbas mendapati camar yang terjatuh akibat tumpahan minyak dari kapal tanker di laut mengenai bulu-bulunya. Setelah susah payah terbang, ia tak sanggup. Sebelum mati, ia menitipkan telurnya, meminta si kucing untuk menjaga dan kelak mengajarinya terbang. 

Ada 5 ekor kucing, seekor simpanse, dan bayi burung camar. Sosok manusia terselip di antaranya. 

“Mudah sekali menerima dan mencintai mereka yang sama dengan kita, tetapi mencintai yang berbeda itu sangat berat, dan kau membantu kami melakukan itu.”

Dari rencana yang sangat tidak masuk akal --kucing yang mengajari camar terbang-- ini terselip pesan terkait masalah lingkungan dan keterikatan antar makhluk. Bagaimana sosok-sosok binatang yang berbeda ini bisa hidup berdampingan dan saling memberikan bantuan? Jadi, bagaimana cara si kucing mengajari anak camar itu terbang? Apakah berhasil?

Aku ingin membuat catatan lebih detailnya nanti. Mau coba bikin catatan detail seperti yang dibuat Ulasan Ending Drama Korea. Beda sih, lebih ke film dan variety show Korea tapi kan bisa juga diperlakukan ke ulasan buku.

Tunggu tambahan reviu buku rekomendasi tema kucing lainnya, ya. Akan ditambahkan di sini, atau di judul baru. Meoooong!  

No comments